Aku Wajib Sembuh demi Orang yang Menyayangiku

Aku Wajib Sembuh demi Orang yang Menyayangiku
Angelina Tivani Natalia bersama ayah, Listiono Candra; ibunda, Endang Hari Kartini Meningsih; dan aktivis kanker Elisabet Meliana. Foto: Muniroh/Jawa Pos

Sebenarnya sakit itu sudah agak lama dirasakan Natalia. Namun, anak bungsu di antara dua bersaudara tersebut tidak menyampaikannya kepada orang tua. Natalia juga masih makan dan beraktivitas seperti biasa di sekolah. Dia mengikuti kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan pentas seni (pensi). ”Pada September 2014, dia mulai kena sariawan,” ujarnya.

Endang pun memberikan obat. Namun, kesembuhan tidak kunjung datang. Bahkan, lidahnya menjadi bengkak. Bagian kanan lidahnya habis. Natalia dibawa ke rumah sakit. Pemeriksaan itu membuat Endang tidak percaya. Natalia divonis menderita kanker lidah.

”Saya kaget. Tidak percaya. Seperti kena petir, dunia rasanya runtuh. Tapi, saya tidak boleh menangis. Dilihat Natalia. Harus kuat,” ungkap istri Listiono Candra tersebut.

Menurut Endang, sang dokter menyebut Natalia terkena kanker stadium II. Tidak mau menyerah, Endang membawa sang putri menuju Singapura. Tim dokter di sana justru menyebut sudah stadium IV. Natalia tidak mau dioperasi.

Sang ibunda lalu membawanya ke Jakarta untuk mencari pengobatan herbal. ”Sempat kempis. Tapi, belakangan malah bengkak sampai bleeding (pendarahan). Langsung ke rumah sakit lagi,” ucapnya.

Natalia tidak bisa bersekolah. Dokter khawatir dia mengalami pendarahan mendadak. Pada Januari Natalia menjalani operasi. Sehari sebelum operasi, darah segar terus mengalir dari mulutnya. Saat operasi, tenggorokannya dibolongi untuk tindakan trakeostomi yang bertujuan melancarkan jalan napas. Untuk mencegah kanker terus menjalar, satu-satunya jalan adalah memotong lidah Natalia.

Namun, tindakan pemotongan tidak dilakukan saat itu juga. Operasi pertama tersebut dilakukan untuk menjahit pembuluh darah lidah di bagian kanan yang lubang. Setelah operasi, Natalia menjalani serangkaian kemoterapi dan radiasi. Pemotongan lidah dilakukan setelah melihat hasil kemoterapi dan radiasi. ”Saat operasi itu, saya hanya ada di kapel rumah sakit. Berdoa tiada henti untuk kelancaran,” jelas Endang.

Kemoterapi pertama berlangsung pada 10 Februari. Natalia masuk ruangan khusus. Setiap orang yang ada di situ harus mengenakan baju steril dan masker. Tim dokter memberikan pengertian kepada Natalia.

MASIH muda, Angelina Tivani Natalia (18) divonis menderita kanker lidah. Dia tidak bisa berbicara. Bahkan, makan dan minum pun sulit. Perjuangannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News