Alami Diskriminasi Kerja, Transgender Australia Terpaksa Jalani Prostitusi

Alami Diskriminasi Kerja, Transgender Australia Terpaksa Jalani Prostitusi
Alami Diskriminasi Kerja, Transgender Australia Terpaksa Jalani Prostitusi

"Saya pernah dikurung di penjara selama enam bulan, saya senang waktu itu. Selama enam bulan. Saya ingin tinggal di sana. Saya punya teman-teman, mereka mencintai saya,” ceritanya.

Ia lantas mengungkapkan, "Mereka tak akan memukul  saya, mereka tak akan menampar saya, mereka tak akan membenturkan kepala saya, menghancurkan tulang saya, dan mengatakan 'pergilah, pergi kerja sana dan bawa uang ke rumah dan kamu harus jadi budak untuk ibu dan ayahmu’."

Di Australia, setiap hari adalah perjuangan bagi Nora.

Berada dalam garis kemiskinan, berurusan dengan penyakit mental dan fisik, Nora berpaling ke prostitusi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melayani kecanduan narkoba yang dialaminya.

Resiko penyakit menular selalu hadir dalam dirinya.

"Saya mungkin mati hari ini, saya tak tahu. Tapi saya harus menikmati semua sampai batasnya,” tutur Nora.

"Saya adalah saya. Jalani narkoba dan prostitusi. Semua klien saya dan semua pasangan saya, mereka bukan orang normal. Mereka tak punya pekerjaan normal tapi tak masalah bagi saya. Saya orang baik. Saya mencoba demikian," ujarnya.


Para pria dan perempuan transgender sangat terpinggirkan dalam hal akses ke pekerjaan, perawatan kesehatan dan perumahan, dan juga mengalami diskriminasi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News