Alami Diskriminasi Kerja, Transgender Australia Terpaksa Jalani Prostitusi

"Saya pernah dikurung di penjara selama enam bulan, saya senang waktu itu. Selama enam bulan. Saya ingin tinggal di sana. Saya punya teman-teman, mereka mencintai saya,” ceritanya.
Ia lantas mengungkapkan, "Mereka tak akan memukul saya, mereka tak akan menampar saya, mereka tak akan membenturkan kepala saya, menghancurkan tulang saya, dan mengatakan 'pergilah, pergi kerja sana dan bawa uang ke rumah dan kamu harus jadi budak untuk ibu dan ayahmu’."
Di Australia, setiap hari adalah perjuangan bagi Nora.
Berada dalam garis kemiskinan, berurusan dengan penyakit mental dan fisik, Nora berpaling ke prostitusi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melayani kecanduan narkoba yang dialaminya.
Resiko penyakit menular selalu hadir dalam dirinya.
"Saya mungkin mati hari ini, saya tak tahu. Tapi saya harus menikmati semua sampai batasnya,” tutur Nora.
"Saya adalah saya. Jalani narkoba dan prostitusi. Semua klien saya dan semua pasangan saya, mereka bukan orang normal. Mereka tak punya pekerjaan normal tapi tak masalah bagi saya. Saya orang baik. Saya mencoba demikian," ujarnya.
Para pria dan perempuan transgender sangat terpinggirkan dalam hal akses ke pekerjaan, perawatan kesehatan dan perumahan, dan juga mengalami diskriminasi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina