Alarm Resesi Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19

Oleh: Edi Setiawan, Dosen FEB Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA

Alarm Resesi Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19
Dosen FEB Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA, Edi Setiawan. Foto: Dokpri

Nyatanya akibat kekacauan ini, laju perekonomian domestik semakin lambat karena pasokan makin memburuk akibat produksi yang menurun pula bahkan distribusi dan rantai pasokan barang tergaggu.

Virus Covid-19 terus menggerogoti aktivitas ekonomi di sebuah daerah menimbulkan ketidakpastian global. Efek negatif yang timbul adalah ketidakpastian pasar keuangan global dalam merespons permintaan dan penawaran mata uang yang mengakibatkan tertekannya mata uang dunia  sebagai pemicu pembalikan modal kepada aset uang. Efek lain menurunnya ekonomi glonal akibat rantai penawaran bagi produksi domestik tergangu.

Tidak saja panic buying, kini menghantui masyarakat lantaran siaga Covid-19 diperpanjang hingga lebaran Idulfitri ditambah upaya lockdown berbagai aktivitas. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jebol di angka Rp16.000, kian membuat rakyat makin rumit terhimpit.

Meski begitu, pemerintah berupaya memastikan keamanan stok pangan hingga tes massal Covid-19 guna menenangkan semua pihak. Pandemi virus Covid-19 membuat mobilitas masyarakat terganggu karena berbagai larangan perjalanan yang diberlakukan pemerintah dan negara-negara lain.

Pandemi ini diperkirakan akan memangkas pertumbuhan ekonomi hingga di bawah 5 persen. Hal ini akan turut menyeret laju ekonomi ke depan dari sisi pariwisata. Perlunya kebijakan moneter jempolan agar memperhatikan aliran kredit yang dilakukan Bank Sentral.

Kebijakan yang tertuju bagi stimulus moneter dengan menurunkan tingkat suku bunga. Namun, menjadi catatan bagi pemerintah bagi pertumbuhan ekonomi harus terus didorong dalam kerangka pemenuhan kredit UMKM sehingga mampu memberikan efisiensi bagi modal.

Suku bunga yang diturunkan dari 50 bps dan giro wajib minimum diturunkan 0,5 persen sedangkan valuta asing 4 persen tak cukup. Perlu relokasi anggaran sangat diperlukan mengingat efek domino dari penyebaran virus ini makin melebar.

Perlu anggaran segar dari APBN untuk mengamankan tiga aspek yaitu bidang kesehatan untuk pengendalian Covid-19, jaring pengaman sosial dan insentif bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Pandemi Covid-19 ini diperkirakan akan memangkas pertumbuhan ekonomi hingga di bawah 5 persen. Hal ini akan turut menyeret laju ekonomi ke depan dari sisi pariwisata.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News