Alim

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Alim
Pebulu tangkis putri Indonesia Leani Ratri Oktila (kiri) dan Khalimatus Sadiyah Sukohandoko. Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A/pras.

Olimpiade Tokyo kali ini juga langsung diikuti dengan Paralympic di tempat yang sama. Bagi masyarakat internasional, ajang ini sama meriahnya dengan Olimpiade.

Atlet-atlet difabel di negara-negara maju memperoleh status yang sama dengan atlet nondifabel. Para atlet difabel pemenang emas Paralimpiade memperoleh penghargaan yang sama dengan pemenang emas Olimpiade.

Di Indonesia belum terjadi seperti itu. Karena itu kemenangan Alim-Leani tidak menimbulkan euforia nasional. Liputan media nasional juga kalah jauh dibanding liputan terhadap Olimpiade.

Alim-Leani tidak mendapatkan guyuran hadiah sebagaimana yang diterima atlet Olimpiade.

Pesta Paralimpiade resmi ditutup Minggu (5/9) malam. Kontingen China menjadi juara umum, disusul Inggris dan Amerika.

Indonesia berada di urutan ke-43 dengan dua emas, tiga perak empat perunggu. Dua emas didapat dari bulu tangkis. Leani memborong emas ganda campuran bersama Hary Susanto. Capaian Leani ini tidak pernah dicapai oleh atlet lain dari Indonesia.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Alim dan Leani. Capaian Alim, kata Khofifah, membuat bangga masyarakat Jawa Timur. Belum ada pernyataan pemberian bonus atau hadiah dari Khofifah.

Sekadar mengingatkan, atlet pemenang emas Olimpiade menerima bonus dari Presiden Jokowi sebesar Rp 5,5 miliar. Belum lagi bonus tambahan dari pengusaha dan kepala daerah. Rumah dan mobil menjadi bonus tambahan bagi atlet pemenang medali Olimpiade.

Atlet Paralimpiade seperti Alim-Leani belum mendapatkan guyuran hadiah sebagaimana yang diterima atlet Olimpiade.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News