Alquran Warisan Maulana Malek Ibrahim Ini Konon Bisa Terbang

Alquran Warisan Maulana Malek Ibrahim Ini Konon Bisa Terbang
Tgk. Meurah Hasan, juru kunci (penjaga) rumah Quran dari keturunan ke-13 meyakini Quran Tua telah berusia 700 tahun. Foto: DENI SARTIKA/RAKYAT ACEH

Syeh Abdusamad pun meninggal di Tiro, Pidie. Anaknya, Tgk. Cik Adam kembali mengikuti jejak orang tuanya untuk menyebar Islam. Berbekal Alquran sepeninggalan kakeknya (Syeh Maulana Malek Ibrahim), melanjutkan dakwah.

Ia memilih menyebarkan Islam di pantai barat, melintasi Keumala, Tangse Geumpang, Tutut hingga ke Aceh Barat dan menetap di Desa Panton Reu (kini Desa Mugo Rayeuk).

Di situlah ia mendirikan pesantren kecil dinamakan Babul Hasana. Tgk Cik Adam berumah tangga dan dikaruniai lima orang anak; Tgk. Keumala, Tgk. Jambo Awe, Tgk. Dumba, Tgk. Hasyim, dan Tgk. Ahmad. Usia lanjut, membuat Tgk. Cik Adam menghembuskan nafas terakhir pada Abad ke -14 di Aceh Barat.

Aquran tersebut berada di Desa Mugo Rayeuk tanpa pernah dipindahkan dari tempatnya, yang kini dikenal sebutan rumah “Quran Panton Reu.”

Keberadaan Alquran ini, merupakan pusaka religius sejarah masuknya Islam di Aceh. Telah menjadi tanggung jawab anak, cucu, cicit, piut, dan miut (keturunan jauh) Tgk. Adam untuk penjaga Alquran ini. Sampai Alquran ini tidak pernah keluar dari rumahnya.

“Jika keluar, hanya saat kebutuhan mendesak saja, seperti perayaan Pekan Budaya Aceh (PKA) di Banda Aceh,” kata Tgk. Meurah Hasan.

Sampai kini, telah tercatat sebanyak 13 orang keturunan yang menjadi penjaga Alquran tua tersebut.

Kisahnya, ketika masa penjajah Belanda, Alquran ini pernah dibawa keluar sesaat dari Panton Reu, demi menghindari upaya Belanda untuk memusnahkannya. Dan pernah disimpan di Desa Sawang Rambot, Kecamatan Kaway XVI.

Alquran yang telah berusia 700 tahun warisan Maulana Malek Ibrahim ini merupakan pusaka religius sejarah masuknya Islam di Aceh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News