Amelia Yani Menangis saat Cerita Ayahnya Ditembus 7 Peluru

Amelia Yani Menangis saat Cerita Ayahnya Ditembus 7 Peluru
Amelia Yani. Foto: DILIANTO/INDOPOS

Tidak hanya Ahmad Yani, lima perwira tinggi serta satu perwira muda TNI AD juga jadi korban penculikan.

Sama dengan Ahmad Yani, nyawa mereka juga melayang di tangan pasukan pengawal presiden. Jasad mereka kemudian dibuang ke sumur sempit sedalam 12 meter di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

"Saat itu, kami hanya bisa mendengarkan dari radio, dimana orang PKI yang saat itu merebut RRI dengan tegas menyatakan bahwa Ahmad Yani dan lainnya yang tergabung dalam Dewan Jenderal adalah pengkhianat negara. Prajurit yang membunuh tentara dinaikkan pangkatnya satu tingkat ketika itu. Sementara radio Australia mengatakan ayah kami belum ditemukan," kata Amelia.

Barulah pada Senin, 4 Oktober 1965, sekitar pukul 14.00 WIB, jasad para perwira TNI itu diangkat dari sumur. Jasad-jasad yang sudah membusuk itu diangkat oleh prajurit Korps Komando (KKO) atau sekarang Marinir Angkatan Laut.

Amelia mengisahkan, pada tanggal tersebut, Ajudan Ahmad Yani, Mayor CPM Subardi kemudian ke wilayah Pasar Minggu untuk menyampaikan tentang apa yang terjadi di Lubang Buaya siang itu ke Yayuk Ruliah Sutodiwirjo, istri mendiang Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani.

Menurut Amelia, Subardi atau yang akrab disapa oleh keluarga Ahmad Yani dengan panggilan Om Bardi langsung menuju kamar Yayuk.

Putri ketiga Ahmad Yani ini pun menerangkan bahwa pembicaraan di dalam kamar ibunya cukup lama, sehingga membuat para anak-anak menunggu di luar dengan penuh tanda tanya.

Rupa-rupanya, ucap Amelia, Om Bardi sedang menyampaikan kepada ibundanya apa yang sesungguhnya terjadi.

Amelia Yani cerita, ayahnya saat diculik hanya pakai piyama. Jenderal Ahmad Yani sempat melawan dan meninju salah satu prajurit Tjakrabirawa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News