Anak anak Merasakan Suhu 7 Kali Lebih Panas Dibanding Generasi Sebelumnya

Anak anak Merasakan Suhu 7 Kali Lebih Panas Dibanding Generasi Sebelumnya
Ilustrasi - Sejumlah pelajar yang tergabung dalam komunitas Youth Kalimantan melakukan aksi menuntut keadilan iklim di tengah permukiman warga yang terendam banjir di Kalampangan Baru, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/9/2021). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/hp.

Laporan tersebut menyerukan perlunya aksi dilakukan segera untuk melindungi hak-hak anak.

Secara global, anak-anak yang lahir pada 2020 akan menghadapi tujuh persen lebih banyak kebakaran hutan, 26 persen lebih banyak gagal panen.

Kemudian, 31 persen lebih banyak kekeringan, 30 persen lebih banyak banjir sungai dan 65 persen lebih banyak gelombang panas jika pemanasan global dihentikan pada 1,5 derajat Celsius.

Save the Children menekankan masih ada waktu untuk mengubah masa depan yang suram itu.

Jika kenaikan suhu dijaga hingga maksimum 1,5 derajat Celsius, beban antargenerasi pada bayi yang baru lahir berkurang 45 persen untuk gelombang panas.

Selain itu, 39 persen untuk kekeringan, 38 persen untuk banjir sungai, 28 persen untuk gagal panen, dan 10 persen untuk kebakaran hutan.

“Anak-anak di Indonesia akan menjadi salah satu yang terkena dampak terburuk dari krisis iklim ini. Tanpa tindakan yang segera, kita akan menyerahkan masa depan yang suram dan mematikan pada anak-anak," katanya.

Selina lebih lanjut mengatakan krisis iklim pada intinya juga krisis pada hak anak.

Anak-anak yang terlahir setahun terakhir merasakan suhu tujuh kali lebih panas dibanding generasi kakek-neneknya.

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News