Anak-Anak Trauma, Menjerit Lihat Merapi

Anak-Anak Trauma, Menjerit Lihat Merapi
Anak-Anak Trauma, Menjerit Lihat Merapi
JAKARTA -- Anak-anak di barak-barak pengungsian, sejak pagi tadi, sering menjerit-jerit saat melihat puncak Gunung Merapi, yang hingga saat ini masih mengepulkan asap tebal. Anak-anak di lereng Merapi dirundung traumatik lantaran saat Merapi meletus Selasa (26/10) petang, sebagian besar dari mereka digendong orang tuanya, panik, lari terbirit-birit meninggalkan rumah, sembari mata terus menatap semburan material merah menyala dari puncak Merapi.

"Sampai saat ini anak-anak sering menjerit, teriak-teriak sambil nangis, "Mbok, gunungnya mau meletus lagi!"," cerita Sri Mulyati, warga Lencoh, Selo, Boyolali, yang dihubungi JPNN, pagi ini. Terlebih, saat pagi seperti sekarang ini, tatapan ke Merapi bisa leluasa, lantaran kabut belum menutupi badan merapi. Para pengungsi yang tersebar di sejumkah titik, juga masih khawatir letusan susulan terjadi. "Pandangan para pengungsi terus ke arah Merapi," ujar Sri, yang saat diwawancarai by phone, mengaku juga terus menghadap ke arah Merapi.

Perempuan asal Grobogan yang sudah puluhan tahun tinggal di lereng Merapi itu cerita, saat Merapi meletus, banyak warga Selo yang melihat langsung letusan. Diceritakan, letusan api membumbung tinggi, disertai suara dentuman besar.

"Gumpalan api membumbung, menggumpal. Gerakannya mirip selendang dikibaskan. Awan panas terasa sudah sampai di atas Selo. saat itu, warga semua panik. anak-naka langsung dibawa keluar, tanpa selimut, tanpa jaket, padahal malam hari. Ini yang berangkali membuat anak-anak masih trauma," ujar alumnus UNS Surakarta itu. (sam/jpnn)


JAKARTA -- Anak-anak di barak-barak pengungsian, sejak pagi tadi, sering menjerit-jerit saat melihat puncak Gunung Merapi, yang hingga saat ini masih


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News