Anak Dipaksa Ikut Beragam Kursus, Salahkah?

Anak Dipaksa Ikut Beragam Kursus, Salahkah?
Rayner Stefanoline berlatih drum di rumahnya. Dia memanggil guru privat. Foto: Dite Surendra/Jawa Pos

Namun, fenomena lain terjadi saat orang tua terkesan memforsir waktu dan masa kecil anak dengan kursus yang beragam. Tidak jarang, keluar masuk lembaga kursus menjadi pemandangan yang lazim.

Beberapa berpendapat hal tersebut menyia-nyiakan waktu dan materi. Ada juga yang tidak bermasalah karena menganggap itu adalah proses bagi sang anak menemukan minat dan bakatnya.

Hal tersebut ditanggapi Dra Viera Adella MPsi, psikolog klinis anak sekaligus dosen College of Allied Educators, Surabaya. Menurut Viera, tidak ada salahnya mencoba memasukkan anak ke berbagai tempat kursus pada usia dini. Hal tersebut bisa dianggap fase uji coba untuk anak mengenali bakat dan potensi dirinya.

”Pilih tempat kursus yang memahami kebutuhan anak menurut usianya,” terang Viera. Selain itu, pemilihan kursus sedapatnya memang bersumber dari keinginan sang anak.

Novi Sari Dewi Surya, pengurus The Piano Institute, Surabaya, juga mengungkapkan fenomena orang tua memasukkan anak ke tempat kursus dirasa meningkat akhir-akhir ini. Sebagian besar memang permintaan sang anak. Namun, tidak jarang juga yang hanya coba-coba.

”Mereka ikut beberapa kali. Kalau enggak enjoy, tidak dilanjutkan. Supaya tidak gampang bosan, di sela-sela pelajaran juga diberi games,” kata Novi.

Beberapa orang tua juga sering memasukkan anak ke lembaga kursus karena faktor ”ambisi” yang tidak kesampaian. Selama tidak memaksakan, menurut Viera, hal itu sah-sah saja.

Ada pula orang tua yang memasukkan anak ke lembaga kursus dengan alasan mendongkrak nilai di sekolah. ”Hal semacam ini yang biasanya rawan pemaksaan,” lanjut dia. (rim/c6/dos)

  SERINGKALI orang tua tak sabaran pengin mengetahui bakat anaknya. Akhirnya, si anak "dipaksa" mengikuti kursus ini itu. Sebaliknya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News