Anak Krakatau Kian Berbahaya

Anak Krakatau Kian Berbahaya
Anak Krakatau Kian Berbahaya
BANTEN -- Dampak letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terjadi sejak sepekan terakhir sudah mulai dirasakan warga yang tinggal di pesisir Pantai Anyer-Carita. Bahkan juga dirasakan hingga ke Kota Cilegon, Banten.

Abu vulkanis dari letusan GAK tampak di dinding kaca dan lantai rumah warga di sepanjang Anyer, Carita, dan Kota Cilegon. "Sejak Rabu lalu (3/11) hingga hari ini, Kamis (4/11), di depan rumah saya banyak sekali debu berwarna hitam tebal di teras rumah," kata warga Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Neti Herawati kepada Indopos (Grup JPNN) kemarin.

Neti mengungkapkan semula tak menyangka bahwa debu dan pasir berwarna hitam yang datang sejak dua hari lalu itu adalah debu letusan GAK. Namun, setelah berbicara dengan tetangga yang merasakan hal sama, akhirnya diperoleh kesimpulan, debu itu adalah debu GAK yang diterbangkan angin. "Awalnya, saya tidak menyangka bahwa itu debu dari GAK yang ditiup angin, dan ketika saya lihat teras tetangga juga sama," jelasnya.

Terpisah, pengamat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Serang Eko Widiantoro membenarkan bahwa debu berwarna hitam yang mendatangi permukiman warga di Kota Cilegon dan Serang tersebut berasal dari GAK yang sudah satu pekan statusnya waspada atau level II. Hal itu disebabkan debu dari letusan GAK diterbangkan angin yang belakangan kecepatannya di laut saat ini 25 knot, ditambah kecepatan angin di darat 15 knot. "Inilah kenapa debu hitam yang berasal dari asap perut GAK sampai di permukiman warga yang jaraknya mencapai 50 kilometer lebih," paparnya.

BANTEN -- Dampak letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terjadi sejak sepekan terakhir sudah mulai dirasakan warga yang tinggal di pesisir Pantai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News