Analisis Sidik Jari, Cara Lain Mengetahui Kecerdasan dan Kepribadian
Bukan Ramalan, Terkait dengan Struktur Otak Klien
Rabu, 21 Juli 2010 – 11:12 WIB
Benny merintis metode analisis sidik jari di Indonesia mulai tiga tahun lalu. Studi dan aplikasi mengenai motode itu sebenarnya pernah masuk ke tanah air. Misalnya, imbuh Benny, metode yang dikembangkan oleh lembaga dari Singapura. Namun, aktivitas mereka berkisar di kalangan terbatas. Selain itu, harga analisis dengan metode tersebut mahal. "Waktu itu harga setiap analisis sampai Rp 3 juta. Karena itu, hanya orang-orang berduit yang berminat," ulas Benny.
Dari situlah Benny mulai mengembangkan riset kecil-kecilan. Awalnya, dia meneliti anak-anaknya. Setelah riset tersebut dirasa prospektif, dia mengajak para ahli psikologi bergabung ke lembaganya. "Saya mendapatkan banyak dukungan," tutur ayah enam anak "tiga di antaranya kembar" tersebut.
Meski secara formal merupakan sarjana hukum lulusan Universitas Indonesia (1994?1999), Benny adalah pakar di bidang pengembangan IT Biometric. Selain menjadi direktur PT Psikobiometric, Benny menjabat kepala Research and Development Dermatoglyphic Talent Spectrum Melinda Hospital, Bandung. "Di rumah sakit itu saya mendapatkan banyak bantuan dari teman-teman," ujar dia.
Benny bersama timnya membuat sendiri peranti lunak untuk menganalisis sidik jari klien. "Riset kami terus berlangsung," tegas dia.
Analisis sidik jari kini tak hanya digunakan untuk kepentingan presensi, penanda identitas, atau identifikasi pelaku kriminal. Gambar sidik jari
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor