Anas Anggap Australia Tetangga Usil

jpnn.com - JAKARTA - Penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pembicaraan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan lingkaran dekatnya menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum pun ikut angkat bicara soal penyadapan yang dilakukan Australia.
Anas membeber pendapatnya soal penyadapan itu melalui akun @anasurbaningrum di Twitter. Menurutnya, Australia memang layak diberikan pelajaran terkait penyadapan yang mereka lakukan kepada Indonesia. "Tetangga yang hobby usil layak diberikan pelajaran. Menarik perwakilan adalah pelajaran tingkat pertama," tulis Anas dalam akun Twitternya, Selasa (19/11).
Ia menjelaskan, penarikan Duta Besar (Dubes) RI di Australia memang sudah harus dilakukan. "Kalau pelajaran pertama kepada tetangga usil tidak dilakukan, sukar untuk bicara pelajaran lain kepada senior tetangganya," kata Anas.
Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum ini menambahkan, perlu ada keberanian dan rasa percaya diri supaya negara lain tidak mengusili Indonesia. "Jika keberanian dan rasa percaya diri sukar hadir, itu adalah undangan terbuka kepada tetangga dan siapapun untuk usil berikutnya," ujar Anas.
Selain itu, Anas menambahkan, harus ada rasa kemarahan kepada negara tetangga yang usil. "Marah kepada tetangga usil adalah jenis marah yang tepat dan kontekstual. Marah kepada tetangga usil tergolong jenis marah yang diharapkan orang banyak," katanya.(gil/jpnn)
JAKARTA - Penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pembicaraan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan lingkaran dekatnya menjadi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Restu Widiyantoro Diharapkan Memperkuat PT Timah dengan Profesionalisme
- LPPOM Fasilitasi Lebih dari 100 Penggilingan Daging Halal di 19 Provinsi
- KPK Periksa WN Korsel di Seoul Terkait Kasus Suap PLTU Cirebon
- Waka MPR Lestari Moerdijat Ungkap Perlunya Identifikasi Masalah Perempuan dengan Tepat
- Bongkar Penyelundupan Benih Lobster, Bea Cukai Batam Cegah Negara Rugi Rp 48 Miliar
- ERIA Tegaskan Pentingnya Peran Pemimpin Dalam Perdamaian Berkelanjutan