Anies Baswedan Bicara Soal Isu Perempuan di Hari Ibu

Anies Baswedan Bicara Soal Isu Perempuan di Hari Ibu
Anies Baswedan Bicara Soal Isu Perempuan di Hari Ibu

jpnn.com - JAKARTA - Tiap 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu. Berbeda dengan Mother's Day di Amerika atau Eropa, di Indonesia adalah tonggak perjuangan politik.

Bermula pada 22-25 Desember 1928, saat diadakannya Kongres Perempuan yang diikuti 30 organisasi perempuan dari Jawa, Sumatera, dan Maluku. Salah satu pesertanya adalah ibunda Anies Baswedan, Aliyah Rasyid Baswedan yang mewakili organisasi Wanita Islam.

"Mereka membahas isu-isu  yang dianggap penting bagi perempuan yaitu pendidikan, perdagangan perempuan dan anak (trafficking), sera perkawinan anak," ujar Cagub DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam keterangan tertulis, Kamis (22/12).

Kongres Perempuan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menambahkan, sarat nilai pluralisme, karena diikuti organisasi berbasis keagaamaan, suku, dan profesi.

"Kongres itu menjadi cikal bakal pengakuan atas keragaman suku bangsa  dan agama di Indonesia. Mereka hadir dan menentukan sikap untuk terbebas dari penjajahan," jelasnya.

Pada kekinian, kata Anies, kita menghadapi penjajahan baru berupa globalisasi ekonomi yang memunculkan banyak permasalahan bagi perempuan. Misalnya, kemiskinan, akses pada keadilan, dan penggusuran.

Berdasarkan catatan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, terjadi 113 kasus penggusuran paksa terhadap 8.154 kepala keluarga selama 2015.

Akibatnya, tercerabutnya sedikitnya dua anak-anak dari akses pendidikan dan perlindungan, lima orang dari akses layanan air bersih, dan 10 orang dari rasa aman.

JAKARTA - Tiap 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu. Berbeda dengan Mother's Day di Amerika atau Eropa, di Indonesia adalah tonggak perjuangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News