Anis Matta Sebut Yahudi Berutang Budi, tetapi Palestina yang Membayarnya

Anis Matta Sebut Yahudi Berutang Budi, tetapi Palestina yang Membayarnya
Ketua Umum Gelora Indonesia Anis Matta. Foto: arsip pribadi for JPNN.Com

Herzl yang lahir di Budapes, Hongaria, pada 2 Mei 1860 merupakan Bapak Zionisme Modern yang namanya diabadikan dalam Deklarasi Kemerdekaan Israel.

Awalnya, kata Anis, Zionis memiliki empat pilihan tentang negara untuk menampung kaum Yahudi, yakni Palestina, Argentina, Uganda dan Mozambik. Namun, akhirnya pilihan itu jatuh pada Palestina.

"Zionis memilih Palestina karena justifikasi keagamaan akan memudahkan migrasi global kaum Yahudi ke negara baru," katanya.

Syahdan, upaya Zionis mendapat sokongan Arthur Balfour selaku Perdana Menteri Inggris periode 1902-1905. Dari situlah muncul Deklarasi Balfour pada 1917 atau saat Perang Dunia I.

Balfour, kata Anis, juga menyurati Keluarga Rothschild yang memiliki pengaruh kuat di sektor keuangan Eropa. Akhirnya, Inggris dan Prancis membuat Perjanjian Sykes–Picot pada 1916.

Perjanjian yang ditandatangani Mark Sykes selaku wakil Inggris dan Francois Georges-Picot dari pihak Prancis itu berisi pembagian bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Ustmani atau Ottoman Imperium, termasuk Palestina.

Yerusalem yang dalam perjanjian itu ditetapkan sebagai wilayah internasional, akhirnya menjadi milik Inggris pada 1920. "Kemenangan Inggris dan Prancis dalam Perang Dunia I mempercepat ekspansi teritorial dan demografis kaum Zionis dalam membentuk negara Israel," kata Anis.

Jumlah kaum Yahudi yang pada 1882 hanya 3 persen dari 460 ribu penduduk Palestina pun melonjak pesat. Pada 1948 atau saat Israel dideklarasikan, tutur Anis, populasi Yahudi mencapai 31,5 persen dari 2.065.000 penduduk di tanah Palestina.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta menyatakan membantu Palestina merdeka dari penjajahan Israel merupakan amanat konstitusi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News