Antara Humza Yousaf dan Braveheart

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Antara Humza Yousaf dan Braveheart
Ketua Scottish National Party (SNP) Humza Yousaf memimpin salat berjemaah seusai buka puasa di rumah dinas Perdana Menteri Skotlandia, Selasa (28/3). Foto: Twitter/HumzaYousaf

Dalam referendum itu, kelompok anti-Eropa menang dan akhirnya terjadilah Britain Exit atau Brexit yang berarti Inggris keluar dari Uni Eropa.

Isu semacam Brexit muncul lagi seiring terpilihnya Humza Yousaf. Selama ini gerakan politik untuk memisahkan Skotlandia dari Inggris selalu hidup dan tetap menjadi aspirasi banyak warga di negeri dengan bendera salib diagonal itu.

Skotlandia merupakan bagian dari Britania Raya di bawah kekuasaan Inggris. Negara lain yang menjadi bagian dari Britania Raya ialah Republik Irlandia, Irlandia Utara, Wales, dan Inggris.

Negara-negara itu mempunyai hubungan ’love-hate relations’ atau cinta dan benci yang naik turun dengan Inggris. Di masing-masing negara itu ada partai-partai politik yang ingin memisahkan diri dari Inggris Raya.

Scottish National Party (SNP), partai terbesar di Skotlandia yang menguasai parlemen, mempunyai platform utama untuk memerdekakan diri dari Inggris Raya.

Dengan memegang jabatan perdana menteri, Yousaf memegang kendali SNP dan secara otomatis dia harus menjalankan program utama partai untuk memisahkan diri dari Ingris Raya.

Di sisi lain, Rishi Sunak yang juga  keturunan imigran Asia Selatan, harus memegang teguh visi Inggris untuk mempertahankan kesatuan Britania dengan segala daya upaya.

Skotlandia sudah pernah mengadakan referendum untuk memisahkan diri dari Inggris pada 2014. Ketika itu rakyat Skotlandia yang memilih untuk tetap menjadi bagian Britania Raya memenangi referendum dengan perolehan suara 55 persen.

Humza Yousaf mencatat sejarah baru di dunia sebagai Muslim pertama yang menjadi perdana menteri Skotlandia. Dia juga Muslim pertama pemimpin negeri di Barat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News