Antre Akhir
Dahlan Iskan
.jpeg)
Tidak ada yang marah. Tidak ada yang protes. Lebih 100 orang yang antre di kanan bubar begitu saja.
Tiga setengah jam antre untuk kembali. Hanya untuk menyumbang dua botol ke tempat sampah.
Meski 'selang tua' sebenarnya saya bisa menahan kencing 8 jam --kalau pagi minum sewajarnya. Tetapi saya pilih sehat.
"Cari sarapan," kata saya pada Erick. Kami pun ke tempat di mana Erick parkir mobil. Rp 750.000. Saya ingat Uber tadi pagi: juga Rp 800.000. Total Rp 1,5 juta dicopet Trump.
Saya kangen Central Park. Kami pun bermobil ke sana. Sambil menunggu kios Halal Food pinggir jalan buka jam 11.00.
Jalan-jalan di Central Park tidak ada duanya. Sumber inspirasi terbaik bagi para penulis novel.
Saya coba cari tiket untuk pertunjukan di Broadway. Saya lihat ada teater musikal apa saja hari itu. Jamnya tidak cocok. Inilah kali pertama ke New York tanpa nonton di Broadway.
Sidang Trump hari itu memang klimaks: saksi penting si wanita esek-esek dikonfrontasikan dengan pengacara Trump. Hari-hari berikutnya antiklimaks. Biar pun ada tempat kosong saya juga tidak akan antre ke sana.
Anda sudah tahu: akhir cerita antrean masuk sidang Presiden Trump ini seperti apa. Setidaknya sudah merasakan.
- Pertumbuhan Ekonomi Melemah, Marwan Demokrat: Saatnya Pemerintah Ambil Langkah Nyata & Terukur
- Manna Haikal
- Kucing Timah
- Donald Trump Sebut Industri Film di AS Sekarat
- Trump Tegaskan Iran Tak Boleh Memiliki Nuklir untuk Alasan Apa pun, Pelucutan Total!
- Kabar Baik Rupiah Makin Menguat, Ada Harapan Baru