Aplikasi Fox Logger, Ungkap Perselingkuhan Suami

Aplikasi Fox Logger, Ungkap Perselingkuhan Suami
KREATIF: Alamsyah Cheung (kanan) dan Darren Suciono. Mereka berharap bisa mengembangkan Fox Logger ke segenap penjuru Indonesia. Foto: Ilham Wancoko/Jawa Pos

Pemprov DKI Jakarta termasuk salah satu pengguna aplikasi tersebut. Fox Logger dilirik untuk mengawasi truk-truk pengangkut sampah. ”Pemprov mengetahui Fox Logger dari proposal yang kami kirimkan,” ujar Alamsyah. 

Berliku jalan yang harus ditempuh Alamsyah, seorang penjual alat global positioning system (GPS), dan Darren yang berkecimpung di dunia online marketing untuk sampai ke titik sekarang ini. Titik ketika aplikasi mereka kian luas digunakan. Bahkan mendapat kepercayaan dari pemerintah Jakarta. 

Berawal dari diskusi ringan pada Mei 2015, dua sahabat itu akhirnya sepakat membuat aplikasi GPS. Ide dasarnya ingin memadukan GPS dengan smartphone. ”Kami ini seperti menggabungkan kemampuan offline dan online,” kata Alamsyah.

Namun bukan seperti peta biasa di telepon genggam. Tapi dikembangkan lebih jauh hingga mampu mengefisienkan kendaraan. Setelah diskusi panjang lebar, akhirnya dibuatlah fitur merekam jalur tempuh kendaraan, jarak tempuh, dan konsumsi bahan bakar. ”Kalau hanya memindahkan GPS ke handphone, sama saja dengan yang lainnya,” ujar dia.

Tapi, baru akan mulai melangkah, Alamsyah mendapatkan hambatan besar. Usaha jual beli GPS miliknya terkena musibah. Rekan seprofesi menipunya habis-habisan. 

Padahal, Alamsyah semula merencanakan ingin menambah tabungan dan modal dari jual beli GPS itu. ”Bisa dibilang, saat itu saya bangkrut. Tapi, dengan modal sekecil apa pun dan kekurangan seperti apa pun, rencana ini harus terwujud,” tegasnya.

Akhirnya Alamsyah dan Darren mencoba mengumpulkan teman-teman mereka dengan beragam latar belakang. Ada yang ahli soal desain; ada pula yang pakar teknologi informasi. Keduanya mencoba merayu mereka untuk ikut membantu mewujudkan aplikasi tersebut.

Namun, dari perbincangan dengan rekan-rekan mereka itu, keduanya sadar, membuat software khusus aplikasi memang butuh ahlinya. Sampailah mereka pada dua pilihan: membeli software dari Tiongkok atau membuat software sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News