Arah Kebijakan BBM Tidak Jelas
Hal itu akan mendorong rupiah melemah dan berpotensi menyentuh level Rp 15.600 hingga akhir tahun. Sebab, devisa akan tersedot lebih besar ke sektor migas.
Sementara itu, Pertamina mempunyai potential loss yang lebih besar, yakni Rp 20 triliun. Sebab, setiap harga minyak dunia naik USD 1, Pertamina rugi Rp 2,8 triliun.
Jika harga BBM tak disesuaikan, keuangan Pertamina akan terbebani. Jika keuangan Pertamina tidak menguntungkan, Pertamina akan maju-mundur dalam melakukan lifting minyak dari dalam negeri. Akibatnya, kebutuhan BBM akan dipenuhi impor yang semakin besar.
Bhima menyarankan pemerintah menaikkan harga BBM secara terukur dan gradual. Kenaikan itu sebaiknya tidak lebih dari Rp 200 per liter dan dilakukan secara bertahap.
Sebab, BBM nonsubsidi lebih dahulu naik sehingga pemerintah harus berhati-hati menyesuaikan harga.
”Selain itu, perlu dibuat antisipasi daya beli. Mungkin menaikkan bansos atau yang lainnya,” kata Bhima. (rin/ken/c6/oki)
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menilai kebijakan pemerintah perihal bahan bakar minyak (BBM) tidak jelas.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah
- Satgas RAFI 2024 Resmi Ditutup, Pertamina Apresiasi Sinergi dari Semua Pihak
- Pertamina Menyalurkan Bantuan untuk Korban Terdampak Erupsi Gunung Ruang
- Motorist Pertamina Gercep Kirim BBM ke Kendaraan yang Kehabisan Bensin di Tol, Lihat Tuh
- Perang Iran-Israel, Bagaimana Nasib Harga BBM Subsidi?
- Menggeber Suzuki Ertiga Hybrid Lebih dari 400 Km, Seberapa Irit Konsumsi Bahan Bakarnya?