Arang Galang

Oleh Dahlan Iskan

Arang Galang
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Pemilik arang pun setuju dibayar tiga bulan. Daripada tidak laku-laku. Berangkatlah ekspor perdana arang dari eksporter baru: Galang Romadhon.

Setelah itu, Kasim memesan dua kontainer lagi. Lalu dua kontainer ketiga.

Galang hampir saja bisa bernapas. Datanglah Covid-19. Ekspor keempatnya tertunda lagi. "Semoga akhir Juli ini sudah bisa ekspor yang keempat," katanya.

Atau sekaligus dengan yang kelima. "Ada juga permintaan dari Qatar. Saya janjian dikirim akhir Juli juga," tambahnya.

Galang pun terus ingat masa sulitnya. "Saya tidak pernah lari. Saya juga tidak pernah tidak membalas telepon atau WA Mr. Kasim," kata Galang.

"Sekarang beliau adalah pembeli utama dan langganan terpercaya kami," katanya. "Padahal kami belum pernah temu muka."

Sang istri baru tahu belakangan ada drama di balik upaya suaminya mencari rezeki. Sang istri, yang memberinya anak dua orang, jualan di online. Apa saja. Galang ternyata harus melewati jalan berliku untuk bisa jadi pengusaha.

Hampir semua pengusaha mengawali hidup mereka dari jatuh bangun. Ada yang setelah jatuh bangun lagi. Ada juga yang setelah jatuh terus menikmati kejatuhannya.(***)

Hampir semua pengusaha mengawali hidup mereka dari jatuh bangun. Ada yang setelah jatuh bangun lagi. Ada juga yang setelah jatuh terus menikmati kejatuhannya.


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News