Arek Suroboyo Memukul Juara Dunia Hingga Terpojok Di Sudut Ring

Arek Suroboyo Memukul Juara Dunia Hingga Terpojok Di Sudut Ring
Tentara Sekutu sembunyi sambil menelpon saat pertempuran Surabaya. Foto: Imperial War Museums.

Setelah tiga hari pasukan pemenang perang dunia kedua itu di Surabaya, para pemuda mulai curiga, mengingat tempat-tempat penting yang menjadi kedudukan mereka, seolah mengepung kota Surabaya.

"Timbul pikiran pada kami, ini seolah-olah kita sedang masuk perangkap, padahal kami menerima mereka dengan baik," tulis Soemarsono dalam Revolusi Agustus.

Pertempuran Legendaris

Benar saja. 28 Oktober 1945, pertempuran pun meletus. Rakyat Surabaya dengan gagah berani meladeni sang juara dunia yang secara teknik dan persenjataan lebih segala-galanya.

Di hari ketiga, pasukan republik di atas angin. Ibarat orang bertinju, juara dunia terpojok di sudut ring. 

Pimpinan Sekutu mengadu ke bos besarnya, D.C. Hawthorn yang berkedudukan di Singapura. Mendengar laporan anggotanya, dia langsung meluncur ke Jakarta. 

Bung Karno, Bung Hatta dan Menteri Penerangan Amir Sjarifudin diajak Pak Bos Sekutu itu ke Surabaya untuk menghentikan pertempuran.

"Saya waktu itu ikut bertempur di pinggir kota, di Wonokromo," kenang Soemarsono yang ketika itu berusia 24 tahun. 

SEJURUS lagi. Bila saja tak dihentikan, tentara Sekutu itu dipastikan lempar handuk. Ini yang terjadi sebelum Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News