Arsitek Atasan

Oleh: Dahlan Iskan

Arsitek Atasan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Danny ingat betul pagi itu. Ia lagi berangkat ke tempat pernikahan. Lalu menerima info dari jaringan digital itu.

Sebelum 15 menit Danny sudah sampai Katedral. Ia melihat sendiri serpihan mayat di sana. Jaringan digital merekamnya. Diketahuilah ke mana saja si pengebom memutar kendaraan pagi itu. Termasuk mampir mana saja.

Masih banyak gagasan di periode pertama Danny itu. Misalnya ia akan membangun twin tower 36 lantai di seberang Pantai Losari. Yakni di sebuah tanah oloran –tanah baru yang secara perlahan muncul sendiri dari dalam laut.

Itu akibat pengendapan lumpur dari muara sungai yang tertahan arus laut. Ditambah reklamasi.

Jadilah sebuah kawasan strategis untuk pengembangan kota baru: dari Pantai Losari bisa memandangnya. Hanya sepelemparan batu. Dari lokasi baru itu bisa memandang Pantai Losari. Yang gemerlap.

Gagasan lain Danny saat itu: membuat pembangkit listrik tenaga sampah. Untuk mengatasi sampah kota –tanpa APBD maupun APBN. Tidak seperti yang di Surabaya dan sembilan kota lainnya.

Pantai Losari sendiri akan ia sempurnakan. Danny yang dulu merancang desain Pantai Losari itu –ketika masih menjadi arsitek profesional lulusan Universitas Hasanuddin.

Ia sering memenangkan lomba desain kawasan. Ia juga ingin ikut mendesain IKN. Tapi begitu mau mendaftar ia melihat persyaratan: izin praktik arsiteknya sudah mati. Ia lupa memperbaharuinya karena sibuk sebagai wali kota.

Sebelum 15 menit Danny sudah sampai Katedral. Ia melihat sendiri serpihan mayat di sana. Jaringan digital merekamnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News