AS-Pakistan, Tudingan Standar Ganda Ikut Memperkeruh
Minggu, 17 Juli 2011 – 15:15 WIB
Pada Januari lalu, tensi di antara dua negara memanas gara-gara krisis diplomat. Ketika itu, Pakistan menahan Raymond Davis karena menembak mati dua pria bersenjata di Kota Lahore. Keduanya disebut-sebut hendak merampok Davis. Lewat pendekatan persuasif, Washington meminta Islamabad membebaskan diplomat 36 tahun tersebut.
Tetapi, Pakistan menolak. Davis tetap ditahan. AS pun mengancam membatalkan pertemuan tingkat tinggi dengan Pakistan April lalu. Ancaman itu jelas membuat Pakistan gentar. Pada 16 Maret lalu, Davis dibebaskan setelah menyepakati santunan untuk keluarga dua pria Pakistan yang dia tembak mati. Konon, besar santunannya mencapai USD 2,4 juta (sekitar Rp 20,4 miliar).
Segera setelah membayar santunan yang disebut oleh masyarakat Pakistan sebagai uang darah tersebut, Davis pun langsung kembali ke AS. Karena itulah, Pakistan bisa memberangkatkan utusannya ke Washington D.C. untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi.
"Jika Amerika bisa bermain kasar, mengapa Pakistan tidak" Bukti-bukti yang terkumpul selama ini menunjukkan bahwa Pakistan tidak punya kemampuan untuk membela hak-haknya di hadapan Amerika," kritik aktivis hukum Pakistan Waseem Shehzad dalam artikel yang dirilis Media Monitors Network Jumat lalu (15/7).
ISLAMABAD - Operasi Tombak Neptunus (Operation Neptune Spear), yang ditandai dengan tewasnya Osama Bin Laden, bukan satu-satunya hal yang menyulut
BERITA TERKAIT
- Jemaah Islamiyah Kembali Berulah, Dua Polisi Malaysia Tewas di Markas
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden 'Dihajar' DPR Amerika
- Stafsus Kementerian Investasi Pradana Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara
- Indonesia Mengutuk Keras Aksi Biadab Warga Sipil Israel di Perbatasan Gaza
- KBRI Seoul Ungkap Tantangan untuk Mewujudkan Bebas Visa ke Korsel
- Serangan Presisi Drone Israel Berhasil Habisi Elite Hizbullah