Asing Rekomendasikan Saham Ketimbang Obligasi

Asing Rekomendasikan Saham Ketimbang Obligasi
Asing Rekomendasikan Saham Ketimbang Obligasi

Ketiga, kondisi perekonomian Tiongkok, dan faktor terakhir adalah apakah akan terjadi perpindahan alokasi aset dari pasar Asia yang memiliki valuasi mahal namun defensif ke pasar Asia yang memiliki valuasi lebih menarik namun bersifat cyclical (valuasi harga saham murah namun potensi pertumbuhan emiten tinggi) seperti pasar saham Indonesia.

Chief Investment Officer Eastspring Investment Indonesia, Ari Pitojo, mengatakan 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia dan Pemilu tidak hanya memengaruhi kondisi politik namun juga menentukan kebijakan pembangunan ekonomi ke depan. Begitu juga dengan kondisi di pasar keuangan seperti pasar saham dan obligasi.

Secara spesifik, kata Ari, selama periode 2004 dan 2009 yang juga merupakan tahun politik, pasar saham dan obligasi berjalan sesuai mekanisme pasar yang didukung oleh infrastruktur yang memadai.

Selama periode 2004, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatakan pertumbuhan sebesar lebih dari 40 persen dan likuiditas terjaga. Pada 2009, IHSG tumbuh lebih dari 76 persen meski likuiditas berkurang akibat krisis 2008.

Kondisi ini tidak dialami oleh pasar obligasi pada periode yang sama. Penyebab utamanya adalah faktor likuiditas. Pada 2004, pasar obligasi belum sepenuhnya menggunakan nilai pasar wajar sebagai pembentukan harga dalam portofolio masing-masing pelaku pasar.

Hal ini menyebabkan belum banyak investor yang tertarik membeli surat utang Negara Indonesia. Akibatnya, para investor asing di pasar obligasi Indonesia masih terbatas.(gen)


JAKARTA - Pengelola dana investasi asing lebih memilih menempatkan dana di instrumen saham dibandingkan instrument lainnya. Tidak heran saat ini


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News