Atut Gagal jadi Saksi Kasus Teror SMS

Atut Gagal jadi Saksi Kasus Teror SMS
Atut Gagal jadi Saksi Kasus Teror SMS
Sementara dalam persidangan, Linda mengatakan terdakwa beberapa kali mengirimkan SMS bernada ancaman, teror dan kata-kata tidak senonoh ke nomor handphone milik gubernur yang dia pegang. ”SMS itu dikirim pada 26 dan 27 Februari 2012. Tapi yang paling banyak pada 27 Februari, sekitar 3 sampai 4 kali. Kalau tanggal 26 Februari hanya 2 kali,” terangnya.

       

”Ibu Atut katanya mau dipodaran (dibunuh, Red). Kalau Gubernur mau bangun gereja, paehan dia (saya bunuh, Red). Saya lupa nomor HP-nya, tapi dari nomor XL dengan angka belakangnya 6,” tambah Linda juga. 

Dia juga mengungkapkan saat dirinya menyampaikan dua SMS tersebut, gubernur juga mengaku mendapat SMS serupa melalui nomor pribadinya.  ”Saya coba hubungi dua kali, tapi tidak aktif. Saya mau tanya apa alasannya mengirim SMS seperti itu,”  ujarnya seraya menambahkan kalau SMS mengenai rencana Ratu Atut mengizinkan pembangunan gereja di Kabupaten Pandeglang merupakan black campaign karena saat itu masih suasana Pemilukada Banten.

”Jelas tersinggung, karena SMS itu bisa memengaruhi masyarakat,” tandasnya.

          

Lebih jauh Linda juga mengatakan bahwa SMS tersebut sangat menghina Gubernur Banten karena ada kata-kata kotor. ”Berkata langsung beliau tidak, tapi secara ekspresi jelas Ibu Atut tersinggung dan terancam,” tegasnya juga.

SERANG - Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah tidak hadir menjadi saksi dalam persidangan kasus ancaman teror SMS yang dialamatkan padanya, dalam agenda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News