Australia Bakal Menggelar Referendum di Bulan Oktober Mendatang

Hal ini membuat Partai Liberal berselisih dengan mitra koalisi mereka, dan David sejauh ini menolak untuk mengikat partainya pada kebijakan tersebut.
Kampanye 'No' dari Australians for Unity memiliki tiga alasan utama mengapa menentang 'Voice': kekhawatiran akan menimbulkan perpecahan, akan menghadapi tantangan hukum, dan hal-hal lainnya yang tidak diketahui.
Mereka melihat 'Voice' sebagai sesuatu yang "memecah belah" antara penduduk asli Australia dan masyarakat lain secara luas.
Para pendukung 'No' juga mengatakan mereka tidak ingin konstitusi diubah karena mereka yakin malah menciptakan peluang untuk mengajukan gugatan hukum di pengadilan tinggi.
Beberapa penggiat 'No' juga mengatakan mereka ingin melihat undang-undang yang akan mengatur 'Voice', sebelum melakukan pemungutan suara dalam referendum.
Ada juga 'No' yang sekunder, yang disebut sebagai 'NO yang progresif', diperjuangkan oleh senator Lidia Thorpe danBlack Sovereign Movement yang ia wakili di parlemen.
Kelompok ini tidak mendukung usulan 'Voice', tapi dengan alasan yang berbeda dengan para pendukung 'No' lainnya.
Para pendukung kelompok 'No' yang progresif percaya usulan 'Voice' tidak cukup efektif, karena badan tersebut hanya berfungsi sebagai penasehat dan tidak memiliki kekuasaan independen atau hak veto terhadap parlemen.
Australia memutuskan 14 Oktober sebagai hari referendum, ketika warganya akan memilih 'Yes' atau 'No' untuk memiliki lembaga 'Voice' bagi Penduduk Pribumi Aborigin dan Selat Torres, yang akan tertuang juga dalam konstitusi mereka
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS