Australia Ubah Sistem Pengupahan, Petani dan Pemetik Buah Keberatan

"Uang tambahan itu harus dikeluarkan dari biaya kami sendiri, karena harga untuk konsumen tidak jadi naik 15 persen, sehingga akhirnya petani yang terkena dampaknya".
"Kami memotong gaji sendiri, untuk bisa diberikan pada pekerja pemetik."
ABC telah berbicara kepada banyak petani dan pemilik kebun di Kawasan Australia Utara dan mereka mengaku harus mengubah jam kerja, untuk menghindari pemetiknya bekerja lembur atau lebih lama.

Salah satu pemetik, Calisto Dos Santos De Jesus, asal Timor Leste sudah bertahun-tahun pulang pergi ke Darwin untuk memetik mangga.
Ia mengaku bisa banyak menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dalam beberapa bulan.
Tapi untuk musim panen tahun ini, ia memperkirakan penghasilannya akan berkurang AU$ 5.000 (hampir Rp 50 juta) dari biasanya, karena bosnya telah membatasi waktu kerjanya, yakni tidak lebih dari 38 jam per minggu.
"Ini akan terasa bagi kami, karena beberapa orang menyekolahkan anak-anaknya, ada yang membuka bisnis kecil, beberapa lainnya sedang membangun rumah untuk keluarga mereka," kata Calisto.
Petani, yang sekaligus pemiliki perkebunan buah dan sayur di Australia, serta beberapa pekerjanya mengaku kehilangan pendapatan, akibat perubahan sistem upah
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Stok Bulog Selama 4 Bulan Capai 3,5 Juta Ton, Terbesar Sejak Indonesia Merdeka
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Gegara Rekor Inflasi Rendah, Pemerintah Klaim Swasembasa Pangan Bakal Sukses