Baby Rivona, Pengidap HIV/AIDS yang Getol Berjuang Semangati Teman Senasib

Lega, Anak Tak Tertular meski Suami Positif

Baby Rivona, Pengidap HIV/AIDS yang Getol Berjuang Semangati Teman Senasib
PENGABDIAN: Baby Rivona, aktivis dari Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) saat ditemui di kantornya di Menara Topas, Jakarta Pusat. Foto: Thomas Kukuh/Jawa Pos
 

Selain aktif memberikan sosialisasi agar masyarakat tidak paranoid dengan HIV/AIDS, Baby getol menyosialisasikan bahwa para ODHA juga bisa memiliki anak yang negatif HIV/AIDS. Caranya, penanganan prakehamilan dan terapi ARV (antiretroviral, obat untuk menekan perkembangan virus HIV pada ODHA). Jika sang ibu tidak mengalami infeksi selama kehamilan, sangat mungkin jabang bayi tidak diwarisi virus tersebut.

 

Baby mencontohkan pengalaman dirinya. Di tengah aktivitas advokasi ODHA di Medan, dirinya bertemu soulmate-nya di Medan. Dia mengetahui bahwa calon suaminya tersebut positif HIV. Namun, mereka tetap memutuskan untuk menikah pada 2006. "Saat lagi ngobrol-ngobrol itu, kami bercanda gimana ya kalau kita punya anak," ujarnya lantas terkekeh.

 

Suami Baby sempat khawatir. Sebab, virus di tubuh mereka bisa ikut bermigrasi kepada anaknya. Sang suami cemas si anak akan kaget dan down begitu lahir membawa virus mematikan tersebut. "Saya justru santai. Di luar negeri, anak-anak positif HIV tetap bisa hidup sampai usia 20-an tahun. Sekarang juga ada ARV yang berbentuk sirup," jelas lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Bandung pada 1994 tersebut.

 

Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk memiliki keturunan. Namun, mereka berusaha agar anaknya tidak ikut-ikutan positif HIV. Sebelum hamil, Baby rutin menjalani terapi ARV. Dia juga terus menjaga kondisi tubuhnya agar terhindar dari penyakit-penyakit yang bisa menimbulkan infeksi.

Masa lalu yang kelam membuat Baby Rivona terjangkit HIV/AIDS. Namun, itu tak membuat dirinya putus asa. Dia tetap menjalani hidupnya dengan semangat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News