Baby Rivona, Pengidap HIV/AIDS yang Getol Berjuang Semangati Teman Senasib

Lega, Anak Tak Tertular meski Suami Positif

Baby Rivona, Pengidap HIV/AIDS yang Getol Berjuang Semangati Teman Senasib
PENGABDIAN: Baby Rivona, aktivis dari Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) saat ditemui di kantornya di Menara Topas, Jakarta Pusat. Foto: Thomas Kukuh/Jawa Pos
 

Akhirnya, suatu ketika dia terlambat haid. Perempuan 43 tahun itu lantas memeriksakan diri ke dokter. Dia khawatir terjadi infeksi pada tubuhnya. Dokter kemudian menyatakan bahwa kandungan Baby sudah berusia tiga bulan. "Saya kaget. Ternyata, becandaan kita jadi beneran," katanya lantas tersenyum.

 

Tak ingin jabang bayi mewarisi virus, Baby terus kontrol kesehatan. Dia juga melanjutkan terapi ARV. Jangan sampai konsumsi obat dua kali dalam 24 jam itu terlambat. Sebab, selain jabang bayi bisa terancam, virus tersebut bisa jadi resistan alias kebal terhadap obat-obatan. Akhirnya, pada 2009, bayi cowok tersebut lahir. Yang membuat mereka sangat bahagia, bayi itu ternyata negatif HIV.

 

Sang suami gembira bukan main. Kekhawatirannya selama ini tidak terbukti. Begitu juga Baby. Memiliki anak negatif HIV dari pernikahan sesama ODHA sangat berarti bagi dirinya. "Anak saya negatif, bagi saya sudah alhamdulillah banget," katanya.

 

Saat baru lahir, Baby meminta dokter untuk mengetes anaknya dengan pemeriksaan viral load alias tes HIV RNA. Tes tersebut menguji muatan virus di dalam darah bayi. Hasilnya negatif. Baby sengaja tidak memeriksa anaknya dengan tes HIV ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) alias tes uji kekebalan tubuh. Untuk bayi di bawah usia 18 bulan, tes tersebut biasanya kurang akurat. Sebab, kekebalan tubuh bayi biasanya masih mengikuti sistem ibu yang mengandung.

Masa lalu yang kelam membuat Baby Rivona terjangkit HIV/AIDS. Namun, itu tak membuat dirinya putus asa. Dia tetap menjalani hidupnya dengan semangat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News