Bagaimana Nasib Gojek tanpa Nadiem Makarim?

Bagaimana Nasib Gojek tanpa Nadiem Makarim?
Founder dan CEO Gojek Grup Nadiem Makarim (kanan), Co-Founder Kevin Aluwi (tengah) dan Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo. Foto : Audy Alwi/pras/ Antara

jpnn.com, JAKARTA - Pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Gojek Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) - KH Ma’ruf Amin. Nadiem Makarim sendiri sudah datang ke Istana Merdeka untuk bertemu Presiden Jokowi, Senin (21/10) lalu.

Setelah pertemuan itu, Nadiem mengatakan dia menerima tawaran presiden untuk bergabung dengan kabinet. Dia juga mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Gojek. “Terhitung hari ini saya sudah sama sekali tidak ada posisi maupun kewenangan, atau kekuasaan apapun di dalam Gojek,” katanya menjawab pertanyaan wartawan di Istana.

Perhatian publik tentunya langsung mengarah pada Gojek, startup aplikasi transportasi online yang didirikan Nadiem pada 2010. Sebagai founder, dia telah berperan menjadi peletak visi, pemimpin operasi, sekaligus juru bicara perusahaan. Bisa dibilang, Nadiem merupakan sesosok pemimpin yang bisa dipegang sebagai bond oleh investor. Bagaimana Gojek menyikapi pengunduran diri orang nomor satunya yang begitu mendadak?

Banyak investor, pelanggan, dan mitra pengemudi melihat Nadiem sebagai bagian tak terpisahkan dengan kisah pertumbuhan perusahaan. Mengingat peran vital Nadiem sebagai pendiri, tak heran jika sejumlah pengamat melihat kemungkinan transisi yang berkepanjangan berpotensi memperlambat pertumbuhan perusahaan.

“Visi dan energi seorang pendiri ibarat nyawa bagi startup yang masih sangat muda. Yang dilihat investor pertama kali, ketika startup belum punya aset apapun untuk dijadikan jaminan, adalah siapa pendirinya dan apakah sang pendiri itu orang yang bisa dipercaya,” ujar CEO Momentum Works, investor venture di Asia Tenggara Jianggan Li, dikutip dari laman kr-asia.com.

Gojek menghadapi kesulitan dalam ekspansi ke luar negeri. Menurut ABI Research, Gojek hanya memiliki 5 persen pangsa pasar di Singapura dan 10 persen pangsa pasar di Vietnam.

Selain itu, ekspansi Gojek di Vietnam telah mengalami beberapa kesulitan dengan GoViet kehilangan dua CEO sejak awal pendiriannya. “Perginya sosok pendiri dan CEO merupakan situasi yang sulit bagi setiap startup, terutama ketika Gojek berada dalam persaingan ketat dengan Grab dan menghadapi tantangan besar dalam ekspansi internasionalnya. Meskipun Gojek akan kesulitan kami percaya Nadiem di kabinet akan mendorong perkembangan yang sehat dan kompetisi yang adil untuk ekonomi digital Indonesia secara umum,” kata Li.

Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menyatakan Presiden Gojek Andre Soelistyo dan Co-Founder Kevin Aluwi akan memimpin perusahaan. Keduanya telah menjadi bagian dari sejarah perkembangan Gojek sehingga dinilai mampu mengemban tanggung jawab untuk menahkodai perusahaan sebagai duet co-CEO serta fokus membawa perusahaan ke tahap selanjutnya.

Banyak investor, pelanggan, dan mitra pengemudi melihat Nadiem Makarim sebagai bagian tak terpisahkan dengan kisah pertumbuhan Gojek.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News