Bagi Habibi, Keris seperti Bidadari Cantik
“Kami sebenarnya terbuka untuk berbagi ilmu, tapi kami tidak tahu alasan, kenapa kolektor baru enggan bertanya pada kami. Akhirnya banyak yang tertipu dan tidak mau jadi kolektor lagi,” ulasnya.
Sudah banyak kejadian, orang mau jadi kolektor, tetapi karena malu atau gengsi bertanya, mereka malah membeli keris-keris kamardikan yang harganya tidak sampai ratusan juta.
Bahkan, sebenarnya, hanya beberapa ratus ribu saja. Tetapi dibeli dengan harga ratusan juta.
Para penjual rupanya cerdik. Mereka pandai me-make up keris sehingga tampak tua dan sangat bersejarah. “Padahal itu hanya besi, dengan harga ratusan ribu saja,” ujarnya.
Tidak sedikit teman-temannya yang tertipu. Bahkan hingga rugi miliaran rupiah. Pada akhirnya, mereka hanya bisa gigit jari dan menyesal pernah berniat jadi kolektor keris.
“Pesan kami, jangan takut bertanya. Ayo bergabung dengan paguyuban. Di sini akan kami ajarkan mana keris yang asli dengan palsu. Jika misinya adalah mempertahankan cagar budaya agar tetap lestari,” tandasnya. (*/r5/sam/jpnn)
HABIBI pedagang bawang. Keuntungan dari usahanya itu ditabung untuk membeli keris-keris bersejarah. Kini, jumlahnya sudah puluhan dengan nilai mencapai
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor