Bahagia Langit

Oleh Dahlan Iskan

Bahagia Langit
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ups... Mungkin punya juga, tetapi derajatnya di bawah cita-cita. Hanya sebatas keinginan.

”Cita-cita itu untuk dicapai”.

”Keinginan itu untuk diharap”.

Mungkin karena keluarga saya sangat miskin, di lingkungan tetangga yang miskin dan di desa yang miskin, di kecamatan yang miskin.

Rasanya hidup itu tidak layak kalau harus punya cita-cita. Topik cita-cita tidak pernah dibicarakan di desa saya dulu. Dan itu bukan topik sama sekali.

Topik di lingkungan seperti itu hanyalah bagaimana bisa hidup besok pagi. Termasuk harus utang beras ke tetangga yang mana lagi.

Keinginan saya waktu kecil pun hanyalah bagaimana bisa tidak sekolah. Kadang saya memang berangkat ke sekolah. Namun di tengah jalan belok ke sungai. Mencari ikan.

Keinginan naik kelas pun tidak pernah ada. Dan saya pernah tidak naik kelas. Saya gagal naik dari kelas 3 ke kelas 4 mualimin (sebelum akhirnya dipisah menjadi sanawiah dan aliah).

Mencapai kebahagiaan itu mudah: jangan menaruh keinginan terlalu tinggi. Yang terlalu sulit mencapainya. Taruhlah keinginan Anda di ketinggian yang Anda bisa mencapainya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News