Bahagia Langit

Oleh Dahlan Iskan

Bahagia Langit
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Waktu SMA (aliah) barulah saya punya keinginan: untuk punya sepatu. Bekas pun sudah sangat membahagiakan. Saat itu saya satu-satunya yang tidak pakai sandal atau sepatu di kelas SMA itu.

Di kelas 2 aliah sepatu itu terbeli. Bekas. Bagian depannya sudah berlubang. Saya hanya berani memakainya seminggu sekali. Tiap hari Senin saja. Agar tidak cepat rusak.

Tiap hari Senin memang ada upacara bendara. Saya sesekali harus menjadi komandan upacara. Itu pun sudah membuat tumit lecet.

Setahun kemudian barulah punya keinginan lanjutan: memiliki sepeda. Yang minimalis sekali pun. Yang penting ada roda, rantai, sadel dan stangnya.

Itu pun baru tercapai setelah di akhir tahun kelas 3.

Begitulah. Keinginan saya itu datang bertahap. Satu tercapai muncul keinginan berikutnya.

Kian lama keinginan itu datang kian cepat. Levelnya pun kian tinggi. Akhirnya sampai ke langit juga. Alhamdulillah. Puji Tuhan. Amitohu. Rahayu.

Apa kelebihan punya keinginan berjenjang?

Mencapai kebahagiaan itu mudah: jangan menaruh keinginan terlalu tinggi. Yang terlalu sulit mencapainya. Taruhlah keinginan Anda di ketinggian yang Anda bisa mencapainya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News