Bahkan Ada yang Berteriak, 'Hidup Malaysia!'

Bahkan Ada yang Berteriak, 'Hidup Malaysia!'
Pertandingan antara tim dari Desa Sungai Limau, Indonesia, dan kesebelasan desa dari negara tetangga, Malaysia, Jumat (20/3). Foto: Fathur Rozi/Jawa Pos

Bahkan, ada yang berteriak, ”Hidup Malaysia,” untuk mendukung tim dari negara tetangga itu. Teriakan penonton di sisi selatan lapangan tersebut terdengar keras sehingga menarik perhatian ratusan penonton lain.

Penonton itu mungkin tertarik dengan penampilan anak-anak Malaysia yang lebih oke. Mereka berseragam lengkap. Mengenakan apparel tandang Barca, sebutan Barcelona, dengan tulisan sponsor Qatar Airways. Sepatunya pun bermerek seperti Puma, Nike, atau Adidas.

Sebaliknya, penampilan tim Premium FC terasa seperti representasi wilayah perbatasan yang minim perhatian. Beberapa pemain saja yang benar-benar mengenakan kostum tim dengan warna selaras: hijau-hijau. Lebih banyak yang gado-gado. Ada yang kaus hijau, tapi celananya biru. Ada pula yang mengenakan atasan hijau dengan bawahan hitam, putih, atau kuning.

Bahkan, gelandang bertahannya yang bernama Fathan memakai seluar (celana pendek) biru melambai-lambai karena sudah kendur. Sedangkan kausnya berwarna kuning. Kaus yang mirip dengan yang dikenakan sang wasit. Jadilah kostum Premium FC belang blonteng, kata orang Jawa. Untung, tim lawan mau menerima karena merasa tetap bisa membedakan mana kawan dan lawan.

Kalah di kostum, tapi Premium FC menang dalam hal dukungan suporter. Itu terbukti dari tepuk tangan di lapangan sisi utara yang riuh. Begitu bola mendekati gawang Zombie FC, para suporter pun spontan berteriak, ”Ayo... ayo... masuk.... Waduuh....” Tendangan pemain Premium FC hanya membentur mistar atas gawang.

Semangat pemain dan dukungan penonton tuan rumah ternyata tidak menyurutkan perlawanan tim tamu dari Malaysia. Bahkan, satu tendangan menyilang dengan kaki kanan menghunjam deras ke gawang Premium. Skor berakhir 1-0 untuk Zombie FC. Tim Malaysia itu berangkulan di tengah lapangan.

”Kami sudah kira siapa lawan. Puas hatilah kami,” kata Zul Madjid, kapten Zombie FC, saat beristirahat di bawah pohon kelapa sawit sisi timur lapangan.

Sementara itu, Fathan duduk dengan napas ngos-ngosan. ”Wajar kita kalah dengan anak-anak muda dari Malaysia itu,” kata lelaki 35 tahun tersebut.

PANAS masih terasa menyengat Jumat sore itu (20/3). Tapi, ratusan pemuda tetap bersemangat memenuhi pinggir-pinggir lapangan sepak bola di Desa Sungai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News