Baleo...Sejarah Para Pemburu Ikan Paus

Baleo...Sejarah Para Pemburu Ikan Paus
Seorang Lamafa (juru tikam ikan paus) ambil ancang-ancang. Laut Sawu, Teluk Lamalera, Lembata, NTT, 31 Oktober 2016. Berburu ikan paus bagian dari adat Lamalera yang sudah berlangsung ribuan tahun. Bukan untuk komersil, apalagi industri. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Meski sudah melaut sejak kanak-kanak, Yoakin tidak berhak mengambil leo. Sebab, ia adalah seorang matros (pendayung). "Yang boleh mengambil leo hanyalah lamafa," katanya. 

Sementara lamafa mengambil leo, para matros mempersiapkan peledang meluncur ke laut. Saat berjalan memikul leo dari rumah adat ke perahu, lamafa tak boleh bicara. Kalau pun disapa, ia hanya mengangguk. 

Lamafa mengambil tempat di hommololo--haluan peledang. Berdiri memimpin perburuan. Dialah yang nantinya berperan sebagai juru tikam ikan paus.

Para matros yang jumlahnya 6 hingga 8 orang duduk dengan posisi mendayung. Di bagian paling belakang, lama uri (juru mudi) mengendalikan arah peledang

Secara keseluruhan mereka itu disebut lefa alep. "Lefa artinya laut. Alep artinya pemilik. Kami di sini tidak mengenal kata nelayan. Tapi lefa alep," kata Blajan Konradus, sosiolog Universitas Nusa Cendana, Kupang asal Lamalera.

Sastra Mantra

Ketika peledang sudah di perairan, para lefa alep mulai melantunkan sastra mantra memanggil angin. O ina fae bele e, nei kame angi usi (oh ibunda lautan, hembuskanlah kami sedikit angin).

Bila angin sudah datang, senandungnya eta lei lolo e, tule tale baranusa (terkembanglah layar, bawalah kami hingga baranusa). 

BERBURU ikan paus bagi orang Lamalera, Lembata, Nusa Tenggara Timur adalah adat. Ritual yang sudah berlangsung ribuan tahun lalu. Sejarahnya, bertalian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News