Bamsoet Pimpin Serah Terima Jenazah Jakob Oetama sebelum Dimakamkan di TMP Kalibata
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, di dunia jurnalistik Jakob Oetama juga bukan tipikal sosok yang 'keras kepala'. Sempat dilarang terbit oleh pemerintahan Orde Baru pada 21 Januari 1978, Kompas akhirnya bisa terbit kembali setelah penandatanganan surat permintaan maaf dan pernyataan kesetiaan kepada pemerintah Orde Baru dengan kop surat tertanggal 28 Januari 1978. Hal itu menandakan bahwa terkadang kompromi perlu dilakukan demi tercapainya tujuan.
"Berkat pemikiran Pak Jakob, Kompas dan dunia jurnalistik Indonesia dikenalkan prinsip baru, dari Jurnalisme Fakta ke Jurnalisme Makna. Prinsip tersebut pada intinya mengajarkan para jurnalis tak sekadar membuat berita sesuai fakta, melainkan juga menghadirkan makna dari fakta peristiwa yang terjadi," tutur Bamsoet.
"Pak Jakob mengajarkan, media seyogianya menjadi batu penjuru, tempat masyarakat mendapat kepastian. Media harus memberi jawab, menjelaskan duduknya perkara. Dengan begitu pembaca mendapatkan pencerahan. Selamat jalan Pak Jakop. Semangat dan idealismemu tetap di hati kami," pungkas Bamsoet.(jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Jenazah tokoh pers Indonesia Jakob Oetama dimakamkan dengan tata cara kenegaraan pada Kamis (10/9).
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Bambang Soesatyo Kukuhkan Pengurus Besar PRSI
- Pemerintah Susun Peta Jalan Pembudayaan Listerasi, Lestari Moerdijat Merespons Begini
- Catatan Ketua MPR: Gotong Royong & Menghidupkan Kewajiban Saling Kontrol dan Seimbang
- Lestari Moerdijat Minta UMKM Harus Konsisten Tingkatkan Kualitas, Ini Tujuannya
- Lestari Moerdijat Sebut Banyak Hal Menguntungkan Jika Kesetaraan Gender Diwujudkan
- Terima Forum Aktivis Nasional, Bamsoet Dukung Ajang Tribute to Akbar Tandjung