Bamsoet Sebut Tata Kelola yang Baik Kunci untuk Wujudkan Pariwisata Bali Berkelanjutan

Namun, perkembangan pariwisata yang pesat telah menimbulkan tekanan pada sistem Subak.
Konversi lahan pertanian menjadi hotel, vila, dan fasilitas pariwisata lainnya telah mengurangi luas lahan pertanian dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Selain itu, peningkatan kebutuhan air untuk pariwisata seringkali mengorbankan kebutuhan air untuk pertanian.
"Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dan stakeholders pariwisata harus bekerja sama untuk melestarikan Subak dan lingkungan. Misalnya, dengan membatasi pembangunan fasilitas pariwisata di daerah pertanian dan menerapkan kebijakan pengelolaan air yang berkelanjutan," urai Bamsoet.
Bamsoet menambahkan terdapat beberapa tantangan utama yang dihadapi Bali dalam mencapai pariwisata berkelanjutan antara lain over tourism, degradasi lingkungan serta komersialisasi budaya.
Bali menerima jutaan wisatawan setiap tahunnya yang menimbulkan tekanan besar pada infrastruktur, lingkungan, dan masyarakat lokal.
Pada 2024, Bali mencatat lebih dari 6,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara, belum termasuk wisatawan domestik.
Hal ini menyebabkan kemacetan, polusi, dan penurunan kualitas lingkungan.
Bamsoet mengingatkan pentingnya tata kelola pariwisata Bali berkelanjutan saat menjadi penguji kandidat dokter ilmu hukum Universitas Udayana
- Atasi Darurat Sampah, Waka MPR Lestari Moerdijat Sebut Sejumlah Hal yang Harus Dilakukan
- Swara Apurva, Indra Lesmana Terinspirasi Dewata Nawa Sanga
- Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Siap Fasilitasi Pemda Atasi Masalah Sampah
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- Waka MPR Lestari Moerdijat Minta Pemerintah Segera Memperbaiki Tata Kelola Pendidikan
- 4 Remaja Jadi Begal Bawa Senjata Api di Kuta Bali