Bank Pusing

Oleh Dahlan Iskan

Bank Pusing
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun orang seperti Dato' Tahir (pemilik Bank Mayapada) dan Aksa Mahmud (pemilik Bank Bukopin) pusingnya pasti bukan main. Keduanya pasti mati-matian berupaya mempertahankan kepemilikan mereka, tetapi akhirnya toh harus lepas juga.

Bukopin hampir pasti jatuh ke tangan Korea Selatan. Itu sekaligus mencerminkan berakhirnya perjuangan gerakan koperasi di Indonesia ke tangan kapitalis.

Koperasi akhirnya toh harus kalah melawan bisnis yang diatur secara kapitalis. Adakah pejuang koperasi yang masih pusing?

Itu juga mirip dengan perjuangan umat Islam di bank syariah. Yang disimbolkan dengan kalahnya bank syariah yang bernama Bank Muamalat. Ada yang masih pusing?

Bank Mayapada hampir pasti jatuh ke Cathay Financial, Taiwan. Ini juga melambangkan kapitalis besar akhirnya juga kalah dengan kapitalis yang lebih besar.

Praktis kini tinggal dua bank nasional kelas menengah yang masih bisa bertahan dari asing: Bank Mega dan Bank Artha Graha.

Saya sering berbincang dengan Chairul Tanjung, pemilik Bank Mega. Saya juga sering berbincang dengan Tomy Winata, pemilik Bank Artha Graha.

Chairul dan Tomy adalah benteng terakhir nasionalisme kita di dunia perbankan. Saya tahu jiwa nasionalistis dua orang itu.

Chairul Tanjung dan Tomy Winata adalah benteng terakhir nasionalisme kita di dunia perbankan. Saya tahu jiwa nasionalistis dua orang itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News