Banyak Hasil Paten Peneliti di Indonesia tak Laku di Pasaran

Banyak Hasil Paten Peneliti di Indonesia tak Laku di Pasaran
Penelitian. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti di Indonesia cenderung bekerja sendiri dalam memasarkan hasil paten maupun hasil penelitiannya. Mindset tersebut membuat banyak hasil inovasi gagal untuk dijual langsung ke masyarakat.

“Adanya keyakinan berlebihan dari peneliti kalau dia bisa hasilkan penelitian readiness level sembilan. Dia juga punya keyakinan dia bisa mengkomersilkan. Itu adalah penyakit paling kronis di peneliti Indonesia,” ungkap Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo pada Rapat Persiapan Penguatan Hilirisasi Produk Unggulan PUI atau Pusat Unggulan Iptek di Jakarta, Rabu (18/4).

Patdono menyarankan peneliti agar menyerahkan hilirisasi. Baik berupa penerapan teknologi maupun pemasaran kepada pihak yang punya akses dan pengalaman. Namun peneliti harus tetap mendapatkan royalti sembari mengembangkan produknya.

“Ini bukan pekerjaan yang (bisa) ditangani tim riset. Ini harus ada orang lain yang ahli di bidang itu. Maka, mereka bekerja sama dengan industri. Industri sekarang melakukan itu. Penelitinya (tinggal) melakukan penelitian untuk menyempurnakan produk baru, inovasi baru. Tetapi, pekerjaan menghilirkan itu diserahkan kepada ahlinya,” tutur Patdono.

Patdono mengungkapkan pemerintah melalui Kemenristekdikti bertugas memastikan para peneliti tersebut bisa bertemu dengan industri yang sudah berpengalaman, sehingga para peneliti bisa memasarkan hasil penelitiannya sekaligus mendapatkan royalti yang sesuai.

“Seringkali orang perguruan tinggi atau peneliti itu tidak bisa mendapatkan partner-partner industri yang bisa menghilirkan produk penelitian. Untuk itu Dirjen Kelembagaan membuat kegiatan dalam rangka mempertemukan antara peneliti dengan industri, tidak hanya dalam negeri, juga luar negeri,” terangnya.

Kemenristekdikti akan menggelar pameran hasil penelitian Pusat Unggulan Iptek di seluruh Indonesia di Jepang pada 2018 setelah sebelumnya pameran tersebut diselenggarakan di Eindhoven, Belanda pada 2017. (esy/jpnn)


Para peneliti di Indonesia kesulitan mendapatkan mitra dari kalangan industry sehingga hasil inovasinya banyak yang tidak laku di pasaran.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News