Banyak Warga Berumur Panjang, Pemerintah Jepang Kewalahan
Kumiko Nagata dari Tokyo Dementia Care Research and Training Centre mengungkapkan bahwa bungkam tidak akan membantu. Orang yang mengalami demensia tidak bisa dikurung di rumah. Mereka bakal stres.
Keinginan untuk keluar rumah dan berjalan-jalan sangat natural. Itu membuat penderita merasa bebas. Nagata akhirnya mendirikan SOS Network untuk membantu.
Mereka meminta keluarga mendaftarkan pasien demensia ke otoritas setempat dan memberikan informasi di mana biasanya mereka sering hilang. Data tersebut akan dimasukkan ke database publik dan dibagikan kepada beberapa pihak.
Misalnya, kepolisian, pemadam kebakaran, dan toko 24 jam yang sudah dilatih mendeteksi pasien demensia.
’’Dengan lebih banyak koneksi, lebih banyak orang yang bisa membantu pencarian,’’ terang Nagata.
Saat ini banyak bermunculan relawan yang membantu pencarian pasien demensia. Salah satu di antaranya, Hot Plus yang kerap membagikan makanan kepada manula sekaligus mendeteksi penderita demensia yang hilang dan menggelandang.
’’Mereka biasanya tidak bisa berkomunikasi secara normal,’’ ujar Direktur Hot Plus Takanori Fujita.
Sementara itu, Pemerintah Kota Matsudo di Prefektur Chiba membagikan stiker untuk mengidentifikasi penderita demensia. Stiker tersebut bisa disetrika agar menempel di baju.
Tidak selamanya umur panjang membuat orang bahagia. Di Jepang, hal itu bisa menjadi biang sengsara.
- Stafsus Kementerian Investasi Pradana Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara
- Indonesia Mengutuk Keras Aksi Biadab Warga Sipil Israel di Perbatasan Gaza
- KBRI Seoul Ungkap Tantangan untuk Mewujudkan Bebas Visa ke Korsel
- Serangan Presisi Drone Israel Berhasil Habisi Elite Hizbullah
- Populasi Korsel Menua Berpotensi Jadi Peluang Emas Indonesia
- Merawat Konflik, Turki Beri Pengobatan kepada Ribuan Tentara Hamas