Bawang Yawuyoko

Oleh: Dahlan Iskan

Bawang Yawuyoko
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - TERBAYAR kemarin. Kangen saya ke Wamena. Anak Wamena itu ke Jakarta. Sudah tambah dewasa. Sudah menjadi pemuda Disway. Lima tahun tidak bertemu dengannya.

Dulu ia sekolah di Parung, Bogor, lalu kuliah di Pamulang, Jakarta. Ia sudah sarjana teknik informatika ketika pulang ke Wamena. Ibunya sakit. Dia janda. Sejak pemuda Disway itu berumur 3 tahun. Ia harus menemani ibunya. Tiga tahun kemudian ibunya meninggal dunia.

"Sekarang di Wamena kerja apa?" tanya saya.

Baca Juga:

"Mencangkul," jawabnya.

Saya kaget. Tetapi senang juga. Pribadinya begitu kuat. Ia tidak canggung tetap bertangan kotor meski sudah menjadi sarjana di Jakarta.

Ia memang mewarisi tanah ladang dari ayahnya. Di pegunungan Jayawijaya. Seluas sekitar 1 hektare. Letaknya di celah gunung, di pedesaan, sekitar 1,5 jam naik sepeda motor dari kota Wamena. Sangat di pedalaman Papua. Saya pernah ke area desa itu 10 tahun lalu.

Baca Juga:

"Sekarang menanam apa?" tanya saya.

"Tanam bawang," jawabnya.

Di Jayawijaya ia punya masjid. Kalau Jumat ia yang berkhotbah. Waktu peringatan Maulid Nabi dua minggu lalu ia menyelenggarakan acara adat setempat: bakar batu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News