Bea Cukai Berikan Izin Fasilitas Gudang Berikat Kepada Perusahaan Reparasi Pesawat

jpnn.com, JAKARTA - Kantor Wilayah Bea Cukai Jakarta resmi memberikan izin fasilitas gudang berikat kepada PT Wira Jasa Angkasa pada Jumat (17/5).
Pemberian fasilitas kepabeanan ini sejalan dengan tugas dan fungsi Bea Cukai, yaitu trade facilitator, dan industrial assistance.
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Jakarta Rusman Hadi mengatakan dalam memberikan pelayanan, pihaknya berkomitmen memberikan secara optimal kepada pengguna jasa.
“Kami memberikan izin satu jam setelah pemaparan proses bisnis perusahaan sebagai salah satu rangkaian persyaratan dan prosedur,” kata Rusman Hadi dalam keterangan resminya, Rabu (29/5).
Pemberian fasilitas diberikan secara simbolis kepada Direktur Utama PT Wira Jasa Angkasa Lingga Sadoko Bijoyo.
PT Wira Jasa Angkasa bergerak dalam bidang reparasi pesawat yang didirikan pada 2013 dan berlokasi di Jakarta Timur.
Fasilitas ini ditujukan mempermudah dan mempercepat akses barang dari luar negeri untuk industri, menurunkan biaya logistik, serta meningkatkan produksi dan keberdayasaingan industri.
“Fasilitas yang diberikan oleh pemerintah merupakan sebuah upaya untuk mendorong industri dalam negeri, memberikan lapangan kerja bagi masyarakat, serta mendorong perkonomian dalam negeri hingga sumber devisa bagi negara,” pungkas Rusman. (mrk/jpnn)
Dukung industri dalam negeri, Kanwil Bea Cukai Jakarta memberikan izin fasilitas gudang berikat kepada perusahaan reparasi pesawat, yakni PT Wira Jasa Angkasa
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi
- Bea Cukai Gagalkan Penyelundupan Ekstasi di Bandara SSK II Pekanbaru, Ini Kronologinya
- Jadi Pelopor AI, BINUS University Dorong Ekosistem Kerja Kreatif Berbasis Teknologi
- Musnahkan Barang Hasil Penindakan Periode 2024-2025, Bea Cukai Juanda Tegaskan Ini
- Bea Cukai dan TNI Gagalkan Penyelundupan 445.800 Batang Rokok Ilegal di Gorontalo
- Mantap! 2 UMKM Binaan Bea Cukai Nunukan Sukses Ekspor Produknya ke Malaysia
- Perkuat Bisnis Digital, Telkom Catat Pendapatan Konsolidasi Rp 36,6 Triliun di Awal 2025