Bebas setelah Disandera Enam Setengah Tahun

Betancourt Disambut Presiden Prancis

Bebas setelah Disandera Enam Setengah Tahun
Ingrid Betancourt disambut warga Prancis, setelah bebas dari penyanderaan. Foto: AFP.
LEGA. Itulah yang dirasakan Ingrid Betancourt setelah bebas dari penyanderaan di tengah hutan belantara Kolombia. Meskipun demikian, tidak mudah baginya begitu saja melupakan masa-masa penyanderaannya. Kemarin, dia kembali ke Prancis dan disambut bak pahlawan di istana kepresidenan Prancis. Bahkan, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy sendiri turut menyambut kedatangan politisi berkebangsaan Prancis-Kolombia itu.

      Setibanya, di Negeri Menara Eiffel itu, dia disambut para pendukungnya. Sejatinya, Sarkozy berencana menyambut Betancourt secara pribadi di pangkalan Angkatan Udara di Villacoublay. Akan tetapi, Betancourt beserta keluarga dan para pendukungnya melobi agar pertemuan itu diadakan di istana Elysee, yang merupakan kantor Sarkozy.

      Betancourt, bebas setelah disandera kawanan pemberontak Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) selama enam setengah tahun. Dan karena kegigihan dan keberanian militer Kolombialah ibu dua anak itu bisa bebas bersama 14 orang lainnya. Bahkan, pembebasan tersebut tanpa diwarnai adu tembak antara kedua kubu. Wanita kelahiran 25 Desember 1961 itu ditangkap kelompok pemberontak itu saat kampanye pencalonannya sebagai presiden Kolombia pada 2002.

      Selama disandera, praktis Betancourt tidak bertemu dengan sanak keluarganya. Dia baru bertemu dengan dua anaknya, Melanie Delloye, 22, dan Lorenzo Delloye, 19, Kamis (3/7) di Kolombia. Dan saat diwawancara radio Europe-1 sebelum bertolak ke Prancis, dia mengaku bangga dengan kedua anaknya. Sebab, mereka telah tumbuh dan memiliki karakter yang luar biasa, meskipun bertahun-tahun tidak didampinginya.

      Pada kesempatan itu, Betancourt juga mengatakan bahwa selama menjadi sandera, dia tidak terlepas dari rantai. Sehari 24 jam, dia terus dirantai. Hal itu berlangsung selama enam tahun.

      ’’Saat leher Anda dirantai, Anda hanya bisa menerima nasib tanpa melupakan siapa sebenarnya diri Anda,’’ ujar wanita lulusan Paris' Institut d'Etudes Politiques itu.

      ’’Saat itu, saya mencapai titik di mana saya memahami bahwa kematian adalah hal yang sangat mungkin,’’ ujarnya dalam wawancara dengan televisi Prancis France-2. ’’Saya juga menyaksikan langsung kematian teman-teman saya. Saya tahu kematian bisa datang dengan sangat cepat ketika kita berada di hutan.’’

      Betancourt pun menggambarkan bahwa rasa sakit yang dirasakannya tak ubahnya sebagai serangkaian masalah yang saling bertumpuk. Saya tidak bisa menjaga diri hingga menjadi kurus, tidak bisa bergerak, dan tidak berdaya. Bahkan, untuk minum pun saya kesulitan. Saat-saat itu digambarkan Betancourt sebagai situasi yang benar-benar kritis baginya.

LEGA. Itulah yang dirasakan Ingrid Betancourt setelah bebas dari penyanderaan di tengah hutan belantara Kolombia. Meskipun demikian, tidak mudah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News