Begini Kisah Pendampingan dari Kemensos terhadap KPM Bermental Dak Kawa Nyusah

Begini Kisah Pendampingan dari Kemensos terhadap KPM Bermental Dak Kawa Nyusah
Pendamping PKH menjadi kepanjangan tangan Kemensos sebagai tempat bertanya terkait program Kemensos. Foto: Humas Kemensos

jpnn.com, PANGKALPINANG - Indikator berhasilnya program pengentasan kemiskinan bisa dinilai melalui perubahan para keluarga penerima manfaat (KPM) dari tidak berdaya menjadi berdaya hingga bisa graduasi mandiri.

Keberhasilan itu tidak lepas dari hadirnya pendamping program keluarga harapan (PKH) yang melakukan pendekatan melalui pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2).

Para pendamping PKH Kota Pangkalpinang, dalam video di YouTube Channel Linjamsos Oke yang diunggah pada 24 Desember 2021 membagikan cerita pendampingan yang dapat membantu KPM menata kehidupan agar lebih baik.

Pendamping di Kecamatan Rangkui, Fini Hasti, menyatakan, hingga akhir 2021, di Kota Pangkalpinang tercatat 4 ribu KPM dengan karakteristik dan cara menyikapi kehidupan yang berbeda-beda.

Pandangan hidup para KPM beragam. Salah satunya, ada istilah dak kawa nyusah yang berarti berpangku tangan, tidak mau susah atau bermalas-malasan.

“Memang ada sebagian KPM memiliki karakter dak kawa nyusah. Namun, ada juga yang aktif dengan berbagai program yang dilaksanakan pendamping PKH saat memberikan edukasi dalam pertemuan di P2K2,” ujar Fini.

Ada kasus KPM yang anaknya tidak mau sekolah dan orang tuanya pasrah. Dalam kasus seperti ini, pendamping PKH bertugas meyakinkan orang tua untuk peduli terhadap anaknya agar mau sekolah.

“Itu kejadian nyata, bahkan saya sendiri antar anak itu ke sekolah, memberikan pendampingan dan edukasi,” tutur pendamping PKH lain di Kecamatan Rangkui, Ikhsan Ramadhani.

Kemensos melalui program keluarga harapan mendampingi para keluarga penerima manfaat di Pangkalpinang hingga mampu graduasi mandiri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News