Begini Kronologis Meninggalnya Tiara Debora

Begini Kronologis Meninggalnya Tiara Debora
Orang tua Tiara Debora, Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang mengadu ke KPAI. Foto: Andrian Gilang/JPNN.com

Saat itu, pihak administrasi RS menyatakan, tidak menerima BPJS. Orang tua Debora tidak masalah membayar secara tunai.

‎"Disodorkan secarai kertas, untuk ruang picu biayanya Rp 19,8 juta. Kamar Rp 900 ribu per hari. Enggak masalah yang penting anak saya masuk ruang PICU. Petugas admin enggak bisa kalau enggak ada DP," tutur Rudianto.

Rudianto pun langsung kembali ke rumah untuk mengambil dompet. Sekembalinya ke RS, dia menarik uang Rp 5 juta di ATM. Namun, pihak admin tidak menerima, sehingga Debora tidak bisa masuk ruang PICU.

Orang tua Debora sudah mencoba mencari rumah sakit lain. Namun, ruang PICU-nya sudah penuh. Untuk menutupi kekurangan pembayaran DP, orang tua Debora mendapat bantuan Rp 2 juta.

Rudianto menyatakan, uang Rp 2 juta itu digunakan untuk membayar biaya lab, karena telah diminta oleh pihak RS. "Saya bayar Rp 1,7 juta untuk cek lab," ujarnya.

Henny menjelaskan, pihak RS meminta uang Rp 11 juta supaya Debora bisa masuk ruang PICU. Namun, dia hanya memegang Rp 5 juta‎ dan berjanji akan segera melunasi pada siang hari. Meski begitu, pihak RS tidak menerimanya.

Setelah itu, ada rencana untuk memindahkan ke RS Koja. Henny sudah bicara dengan dokter jaga bernama Ivan. Dokter menjelaskan bahwa hasil lab Debora terkait saturasi oksigen sudah baik, sehingga bisa dipindahkan.

Namun, dengan muka panik, suster kemudian mendatangi Dokter Ivan. ‎Ternyata, keadaan Debora kritis. Dokter pun langsung melakukan penanganan.

Saat itu, pihak administrasi RS menyatakan, tidak menerima BPJS. Orang tua Debora tidak masalah membayar secara tunai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News