BEI Selidiki Manipulasi Perdagangan Saham
Senin, 15 April 2013 – 07:12 WIB

BEI Selidiki Manipulasi Perdagangan Saham
JAKARTA - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya indikasi manipulasi pasar pada transaksi perdagangan seluruh saham. Pemeriksaan BEI diarahkan kepada anggota bursa yang menjadi perantara perdagangan efek atas transaksi nasabahnya. Sanusi menambahkan, kasus manipulasi pasar sering terjadi tanpa ada kepedulian ataupun perhatian dari pihak bursa dan otoritas pasar modal. Pasalnya ada semacam kesimpulan bahwa kondisi tersebut hanya masalah investor bermodal menengah saja.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, pemeriksaan kepada anggota bursa dilakukan untuk memastikan prinsip pengenalan nasabah (know your customer/KYC) dan pengawasan transaksi nasabah dapat dilakukan dengan baik oleh setiap anggota bursa. "Jika memang benar terjadi manipulasi harga yang dilakukan oleh sekelompok investor, maka BEI memberikan sanksi kepada anggota bursa yang menjadi perantara perdagangan efeknya," kata Uriep.
Baca Juga:
Indikasi adanya manipulasi perdagangan saham ini tercium oleh Masyarakat Investor Sekuritas Seluruh Indonesia (MISSI). Ketua MISSI Sanusi pun meminta BEI untuk menyelidiki dugaan manipulasi pasar pada perdagangan saham PT Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS). MISSI menduga ada aktivitas cornering yang dilakukan oleh sekelompok investor yang menyebabkan harga saham PRAS bergerak tak wajar.
Baca Juga:
JAKARTA - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya indikasi manipulasi pasar pada transaksi perdagangan
BERITA TERKAIT
- Borong Saham MBMA, Boy Thohir Ungkap Alasannya
- Panen Padi 600 Hektare di Karawang, Pramono Sebut untuk Kebutuhan Warga Jakarta
- Nestle Dukung Pendidikan Nasional lewat Dancow Indonesia Cerdas
- Layanan Transfer Antarbank RTOL di JakOne Mobile Kembali Normal
- Harga Pangan Hari Ini Cukup Baik, Mak-Mak Pasti Senang
- LPCK Catat Pra-Penjualan Rp 323 Miliar di Awal 2025, Andalkan Hunian Terjangkau