Bela Jokowi, Misbakhun Bandingkan Rupiah dengan Lira Turki

Bela Jokowi, Misbakhun Bandingkan Rupiah dengan Lira Turki
Rupiah di antara dolar AS (USD) dan lira Turki (TRY). Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun meminta semua pihak tidak serta-merta menyalahkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Alasannya, penguatan USD menjadi persoalan global yang tidak dialami oleh Indonesia saja.

Menurut Misbakhun, sejauh ini rupiah masih terkendali. Legislator Golkar itu meyakini pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan langkah-langkah yang konkret dan terus-menerus untuk mengatasi masalah itu.

"Termasuk melakukan langkah koordinasi dengan Bank Indonesia selaku otoritas yang bertanggung jawab soal stabilitas nilai tukar dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan, red) selaku pengawas industri jasa keuangan,” kata Misbakhun, Minggu (15/7).

Kurs USD saat Presiden Jokowi dilantik pada 20 Oktober 2014 sekitar Rp 12.030. USD pernah berada di kisaran Rp 14.800 pada 24 September 2015. Namun, kini USD di kisaran Rp 14.400.

Misbakhun lantas membandingkan depresiasi rupiah dengan mata uang negara-negara lain. Misalnya, peso Argentina (ARS).

Bela Jokowi, Misbakhun Bandingkan Rupiah dengan Lira Turki
Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun.

Menurutnya, tiga tahun lalu, USD setara dengan ARS 9,1. Tapi dua tahun lalu, ARS terdepresiasi. Nilai USD menjadi ARS 14,8. Setahun kemudian ARS kembali terdepresiasi. Nilai USD meningkat menjadi setara ARS 16,8.

Sedangkan enam bulan lalu, USD menguat menjadi setara ARS 18,6. Bahkan sebulan lalu ARS makin terdepresiasi. USD menjadi ARS 25,6. Sedangkan saat ini USD setara ARS 27,1.

Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menyatakan naiknya kurs USD merupakan persoalan global. Namun dia meyakini pemerintah bakal mampu mengantisipasinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News