Belanda Meminta Maaf Atas Perbudakan, Termasuk di Indonesia

Belanda Meminta Maaf Atas Perbudakan, Termasuk di Indonesia
PM Rutte berbicara dengan tamu undangan yang hadir. (Foto: AP Photo/ Peter Dejong)

Apa artinya untuk Indonesia?

Dr Abdul Wahid, akademisi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan fokus penelitian sejarah sosial-ekonomi Indonesia dan Asia Tenggara, kolonialisme, dan dekolonisasi mengatakan permintaan maaf ini adalah "niat baik yang perlu diapresiasi."

"Karena ini menunjukkan adanya perubahan persepsi mereka tentang masa lalunya."

"Dan bagi Indonesia, ini kesempatan untuk bisa memahami dan melihat secara kritis sejarah kita sendiri ... bahwa kolonialisme adalah sesuatu yang jahat dan merugikan Indonesia secara keseluruhan, dan kita menjadikan itu basis nasionalisme kita."

Namun, menurut Dr Abdul Wahid bagian sejarah itu perlu dilihat dari sisi yang lebih luas.

"Jangan sampai gara-gara kolonialisme, kita selalu menyalahkan Belanda untuk apa pun yang buruk yang ada di masyarakat, ... jangan lupa bahwa gara-gara kolonialisme itu sebenarnya nusantara disatukan menjadi satu 'political unit' yang namanya Hindia Belanda, yang kemudian kita teruskan menjadi Indonesia." 

Selain itu, Dr Abdul Wahid menilai permohonan maaf jadi momentum bagi Indonesia untuk merefleksikannya.

"Kalau penjajah saja yang sedemikian lama melakukan pelanggaran hak asasi, katakanlah, pada akhirnya sekarang sampai ke tahap ini, kita sebagai bangsa juga harus bisa berbesar hati untuk mengakui apakah ada yang salah dalam sejarah kita dan ini tantangan yang besar untuk kita."

Ia menambahkan, permohonan maaf juga menjadi penting bagi Belanda sendiri, karena mereka sangat terbebani dengan sejarah mereka sendiri, sehingga mencoba membebaskan diri dari belenggu masa lalu tersebut.

Senin kemarin waktu setempat, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte atas nama Belanda meminta maaf, karena memiliki peran historis dalam perbudakan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News