Belanda Meminta Maaf Atas Perbudakan, Termasuk di Indonesia

Belanda Meminta Maaf Atas Perbudakan, Termasuk di Indonesia
PM Rutte berbicara dengan tamu undangan yang hadir. (Foto: AP Photo/ Peter Dejong)

Senin kemarin waktu setempat, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte atas nama Belanda meminta maaf, karena telah memiliki peran historis dalam perbudakan, dan konsekuensi yang diakuinya masih berlanjut hingga hari ini.

"Hari ini saya meminta maaf," kata Rutte dalam pidato di gedung Arsip Nasional Belanda, yang juga disiarkan ke seluruh negeri.

"Selama berabad-abad negara Belanda dan perwakilannya telah mengaktifkan dan menstimulasi perbudakan dan mendapat keuntungan darinya," tambahnya

"Benar bahwa tidak seorang pun yang hidup hari ini menanggung kesalahan pribadi atas perbudakan...(namun) negara Belanda memikul tanggung jawab atas penderitaan luar biasa yang telah dilakukan terhadap mereka yang diperbudak serta keturunan mereka."

Permintaan maaf muncul di tengah pertimbangan ulang yang lebih luas tentang masa lalu kolonial Belanda, termasuk upaya untuk mengembalikan karya seni yang dijarah, dan perjuangannya melawan rasisme saat ini.

Sejarawan memperkirakan pedagang Belanda mengirim lebih dari setengah juta orang Afrika yang diperbudak ke Amerika Selatan, kebanyakan ke Brasil dan Karibia, dan lebih banyak orang Asia yang diperbudak di Hindia Timur atau Indonesia sekarang.

Banyak orang Belanda bangga dengan sejarah dan kehebatan angkatan laut negaranya dalam perdagangan.

Namun, anak-anak tidak banyak diajarkan soal peran dalam perdagangan budak yang dimainkan oleh Perusahaan Hindia Barat Belanda dan Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang menjadi sumber utama kekayaan nasional.

Senin kemarin waktu setempat, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte atas nama Belanda meminta maaf, karena memiliki peran historis dalam perbudakan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News