Benarkah Kurang Tidur Sebabkan Perilaku Menyimpang?

Benarkah Kurang Tidur Sebabkan Perilaku Menyimpang?
Ilustrasi sedang tidur. Foto : Pixabay

jpnn.com - Apakah Anda merasa mudah emosi setelah semalam tidak nyenyak atau kurang tidur? Sesungguhnya, otak cenderung “memberontak” dengan berbagai cara saat waktu istirahat tidak mencukupi. Salah satunya, melalui wujud perilaku yang negatif dan menyimpang.

Para pakar menganggap bahwa kurang tidur sama buruknya dengan kondisi mabuk. Ini karena kurang tidur dapat mengubah persepsi seseorang terhadap informasi yang diterima.

Kurang tidur picu sikap negatif

Menurut studi yang dimuat dalam Academy of Management Journal edisi Oktober 2011, kurangnya waktu tidur membuat seseorang lebih sulit mengendalikan emosinya di tempat kerja. Orang yang seperti ini cenderung bereaksi negatif, yaitu dengan berperilaku menyimpang atau menunjukkan sikap bermusuhan terhadap situasi sulit maupun yang berpotensi membuat frustrasi.

Kesimpulan tersebut didapat setelah peneliti melakukan survei pada 171 perawat di awal dan akhir jam kerja mereka. Sebelum mulai bekerja, partisipan diminta untuk melengkapi kuesioner yang dirancang untuk mengukur tingkat kurang tidur, kontrol diri dan sikap bermusuhan (hostility). Di akhir jam kerja, yakni 12 jam kemudian, partisipan ditanya apakah mereka melakukan perilaku negatif selama bekerja, misalnya memberi komentar yang menyakitkan atau sengaja melambatkan ritme kerja.

Setelah semua uji coba selesai dilakukan, hasilnya mengatakan bahwa perilaku negatif lebih sering dilakukan oleh perawat yang waktu tidur di malam sebelumnya kurang dari 6 jam. Untuk mengonfirmasi hasil ini, peneliti yang sama melakukan studi lanjutan terhadap 75 mahasiswa sekolah bisnis. Studi yang berupa eksperimen ini bertujuan untuk melihat apakah kurang tidur berhubungan dengan sikap bermusuhan dan berperilaku curang.

Dalam studi lanjutan, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok. Mereka yang tergabung dalam kelompok pertama diminta untuk tetap terjaga selama 2 kali 24 jam. Sedangkan kelompok kedua diminta untuk tidur seperti biasanya, yakni tidak kurang dari 7 jam setiap malam sebelum percobaan dimulai.

Pada percobaan pertama, kedua kelompok diminta untuk menanggapi satu set surat elektronik (surel) dari calon mahasiswa yang tertarik mendaftar ke sekolah bisnis tersebut. Partisipan sudah diberitahu bahwa tanggapan terhadap para pelamar potensial mewakili sekolah bisnis mereka.

Para pakar menganggap bahwa kurang tidur sama buruknya dengan kondisi mabuk. Ini karena kurang tidur dapat mengubah persepsi seseorang terhadap informasi yang diterima.

Sumber klikdokter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News