Beralas Kaki, Penjaga Pintu Air Itu Terima Kalpataru
Selasa, 07 Juni 2011 – 23:52 WIB
Sesekali saat hari sudah hujan, waktu istirahat pun harus dikorbankan Soleman untuk berjaga-jaga di tiap pintu air yang rawan. Meski berpenghasilan jauh di bawah kebutuhan, namun Soleman ikhlas melakoni pekerjaan. Alasannya, Soleman khawatir bila sawah, rumah dan kebun penduduk sekitar bisa terancam bahaya bila pintu air tidak dijaga.
Tidak cukup hanya menjaga pintu air saja, pada kawasan sumber-sumber mata air, bersama dengan kelompok tani di daerahnya, Soleman pun menggagas menanam 2 juta pohon yang berhasil memperbaiki ekonomi produksi sawah seluas 2.347 ha.
Kini semua pengabdian Soleman hampir 40 tahun telah berbuah manis. Berbagai penghargaan bidang lingkungan pernah disabetnya, bahkan kini Kalpataru sebagai penghargaan tertinggi bagi penggiat lingkungan tingkat nasional telah pula dibawanya pulang langsung dari tangan Presiden SBY. Namun Soleman belum berpuas hati.
"Saya tidak pernah bekerja dengan tujuan untuk bertemu Presiden. Kalaupun dapat bertemu hari ini, saya syukuri sebagai anugerah dari Tuhan. Tapi masih banyak lagi yang harus dilakukan, mudah-mudahan bisa dilanjutkan juga oleh masyarakat dan penerus saya nanti," kata Soleman.
Usianya tak lagi muda, sudah lebih dari setengah abad. Namun suaranya masih tegas dan terus menebarkan senyum ramah. Dengan menggunakan baju tradisional
BERITA TERKAIT
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri